Diskusi, Opini hingga Reaksi Psikosomatrik


Memasuki minggu ketiga masa isolasi diri. Bagaimana kabar teman-teman semua?
Bosan? Stres? Atau senang karena #dirumahaja?

Saya yakin jawabannya beragam, meski kebanyakan memang merasa jika ia bosan.

Tetapi, kabarnya isolasi diri merupakan suatu cara untuk memutus rantai penyebaran virus yang sedang menimpa dunia, yaitu Corona Virus Disease 2019 (COVID-19). Indonesia pun sudah kena dampaknya. Mungkin sudah banyak yang tau jika masa darurat penanganan wabah ini pun diperpanjang hingga April, Mei, bahkan Juni 2020. Saya berharap, wabah ini bisa segera selesai, begitupun dengan seluruh masyarakat dunia.

Sebelumnya, saya ingin flashback saat wabah ini pertama kali muncul di Wuhan, China. Sejak saat itu saya hampir setiap hari rajin mencari berita mengenai perkembangan virus ini. Syukur, ternyata masih ada teman yang mau diajak berdiskusi atau sekadar sharing.

Saat itu saya ingat, saya terlihat antusias sekaligus waspada. Apalagi sejak tiba-tiba beberapa pihak langsung memberikan label jika virus ini tidak akan masuk Indonesia, bahkan ada yang menyebut kami kebal. Super sekali. Didukung dengan banyaknya postingan yang memberikan analisanya masing-masing, dari mulai analisa gaya hidup masyarakat Indonesia hingga kondisi iklimnya. Ditambah pemerintah terlihat memberikan promo besar-besaran untuk memajukan sektor wisata negara.

Setiap pagi, saya terus pantau berita. Jika ada kesempatan, saya berdiskusi kembali. Bahkan bisa berlanjut di aplikasi percakapan. Mulai dari pembahasan berita, isu, hingga konspirasi kita jabanin. Tapi, tentu tidak secara mentah-mentah kami telan begitu saja. Zaman sekarang agak susah membedakan mana yang benar dan yang salah.

Tibalah pada pengumuman kasus positif pertama di Indonesia pada 2 Maret 2020 yang disampaikan oleh Presiden. Dua orang sekaligus. Kebocoran identitas pun terjadi. Mancing Mania?

Dunia maya seketika ramai, dari yang panik, mengkritik, ada pula yang bantu mengedukasi. Opini di mana-mana, beragam cerita pengalaman dibagikan. Seiring berjalannya waktu pun dunia maya semakin memanas. Sempat ada isu anggaran negara akan diberikan untuk influencer. Tapi kenyataanya saat ini negara masih kekurangan dana, sehingga jalan berdonasi dibuka di mana-mana.

Sebenarnya, yang merasakan keadaan seperti ini tidak hanya Indonesia. Hampir seluruh dunia kewalahan. Pasalnya, mereka berhadapan dengan sesuatu yang tak terlihat tetapi mematikan sewaktu-waktu. Bahkan penularannya sangat cepat. Meski banyak info jika persentase kematiannya lebih kecil dibandingkan kasus serupa di waktu sebelumnya. Kita sebagai manusia harus tetap waspada. Sayangnya, manusia itu egonya besar. Hanya akan sadar apabila suatu bencana menghampiri dirinya atau orang terdekatnya.

Akibatnya, banyak orang yang berbondong-bondong memberikan informasi untuk mengajak masyarakat mengikuti seluruh imbauan pemerintah, terutama untuk menjaga jarak sosial dan fisik, serta rajin mencuci tangan dengan sabun. Panic buying pun terjadi, ataupun mereka yang ingin mengambil keuntungan sendiri. Tenaga medis juga keadaannya mengkhawatirkan, mempertaruhkan hidup dan mati.

Banyak yang menilai jika pemerintah bertindak cukup lambat dan tidak serius. Meski kita tau, Bapak Presiden mengalami musibah. Namun, beberapa hari setelah isolasi diri, masih saja ada yang tidak peduli.

Menjelang sore, pemerintah berusaha selalu memberikan informasi perkembangan COVID-19 di Indonesia. Terhitung hingga saat ini, 1 April 2020 kasusnya sudah mencapai angka 1677 yang positif, 103 sembuh, dan 157 meninggal dunia.

Sejujurnya saya beberapa kali agak kecewa dengan pernyataan juru bicara penanganan wabah ini, terutama mengenai kesenjangan status sosial yang sempat dikatakannya. Saya tidak tau betul, beliau sadar atau tidak, mungkin juga pengaruh terlalu banyak tekanan dan beban yang ditanggung. Tapi, jelas banyak sekali yang membahasnya.

Tingkat kematian di Indonesia sempat mencapai yang tertinggi dari negara lain. Namun, saya berharap seiring berjalannya waktu mereka bisa menanganinya dengan lebih baik. Pasalnya, tadi pagi saja saya membaca berita mengenai seseorang yang meninggal diduga karena coronavirus. Sebelumnya ia tidak bisa dirawat/diterima di beberapa RS rujukan, padahal gejala umum sudah sangat terasa. Adapun jenazah yang ditolak beberapa masyarakat untuk dimakamkan di dekat daerahnya. Pemerintah terlihat belum siap sepenuhnya. Pihak keluarga, juga netizen pun menyayangkan kejadian ini.

Peristiwa tersebut sebenarnya bisa membuat masyarakat lebih panik. Sejak kasus pertama diumumkan saja, hampir seluruh media menyajikan berita mengenai COVID-19. Tidak mengenal waktu. Belum lagi pemberitaan gugurnya beberapa tenaga medis Indonesia. Saya sendiri saja sempat jenuh dan pusing mendengarnya, padahal awalnya sangat rajin mengikuti perkembangannya. Hal ini menyebabkan reaksi psikosomatrik.

Reaksi yang menimbulkan perasaan di mana seseorang akan merasa takut berlebih, stres atau depresi. Ditandai dangan tiba-tiba bergejala serupa yang ia takuti, seperti dalam kasus COVID-19 merasa demam, sesak napas, sakit tenggorokan, dan sebagainya. Membuat berpikir yang tidak seharusnya, bahkan mulai khawatir bertemu dengan orang lain. Padahal orang yang ditemuinya dalam keadaan sehat. Namun, cara  membedakan gejala psikosomatrik dengan sungguhan adalah gejalanya yang berpindah-pindah dan hilang timbul. Hal ini diungkapkan dr. Andri, Sp.KJ, FACLP, melalui akun twitternya.

Sempat saya berbincang dengan senior jika media Indonesia kebanyakan menyajikan berita yang kurang baik, seakan menakuti masyarakat. Belum lagi berita pasien yang melarikan diri. Tapi, memang warga +62 agak susah untuk diberikan pemahaman. Hampir setiap hari pun saya mengingatkan keluarga sendiri.

Selain itu, masyarakat jadi terlihat kurang bersimpati dengan sesama. Contoh kasus, terlihat ada seseorang yang jatuh tiba-tiba ataupun sekadar batuk/bersin, orang lain secara refleks menjauhinya tanpa tau penyebabnya atau langsung dihubungkan dengan wabah.


Adapun beberapa informasi COVID-19 yang tersebar di Indonesia, tetapi sebenarnya hanya mitos. Beberapa hal ini dijelaskan oleh Dr. Faheem Younus, MD.
1.   Virus akan menyebar dari gigitan nyamuk. Ini salah, karena Infeksi menyebar melalui droplets (tetesan pernapasan) bukan darah.
2.   Mampu menahan napas 10 detik dan merasa baik-baik saja, tidak terinfeksi COVID-19. Salah, sebagian besar pasien muda mampu melakukannya, sedangkan banyak orangtua tanpa virus tidak bisa melakukannya.
3.   Coronavirus bisa hidup di tenggorokan, dengan minum banyak air, virus masuk ke lambung dan asam membunuhnya. Tidak sepenuhnya salah, karena virus dapat masuk ke tenggorokan, kemudian masuk ke sel inang. Namun, tidak bisa dibasuh oleh air meski berlebih.
4.   Hand sanitizer lebih baik dari sabun dan air. Sebenarnya sabun dan airlah yang lebih efektif membunuh virus dari kulit.
5.   Strategi terbaik mencegah COVID-19 membersihkan setiap kenop pintu dengan desinfektan. Pilihan terbaik adalah mencuci tangan dan menjaga jarak ± 1,5 m dengan orang lain.
6.   Bisa menangkap COVID-19 dari kemasan makanan atau makanan China. Nope, COVID-19 menginfeksi melalui droplets, bukan infeksi melalui makanan (seperti salmonella, dll.).
7.   Menggunakan bawang putih, lemon dan air panas, atau menyimpan bawang di kamar akan mencegah/menyembuhkan COVID-19. Itu hanya dibuat-buat, belum ada pengujian secara ilmiah terhadap virus ini. Ditambah dipengaruhi oleh adat budaya Indonesia juga. Sedangkan sejenis jahe dan kunyit hanya dapat meningkatkan daya tahan tubuh (imunitas) saja.
8.   Selalu ganti pakaian dan mandi setelah dari luar, karena membawa COVID-19. Kebersihan adalah suatu kebajikan, jangan menakuti orang.

Semakin hari mungkin masih ada beberapa berita negatif, yang bisa saja memengaruhi kesehatan bahkan mental masyarakat. Namun, sebenarnya hal ini kembali ke diri kita masing-masing. Pintar-pintarlah mencari informasi yang benar dan jangan terlalu banyak menerimanya. Hal ini harus diselingi oleh beberapa aktivitas yang bisa meningkatkan rasa senang/bahagia. Selain itu, waspada boleh, tapi jangan terlalu panik dan takut.

Semua orang berharap wabah ini cepat selesai, sehingga bisa melakukan aktivitasnya kembali. Apalagi bulan Ramadhan semakin dekat. Alangkah bahagia dan bersyukurnya jika bisa menghabiskan waktu bersama keluarga dan sesama bukan?

Tetap jaga kesehatan teman-teman!

Terima kasih sudah berkunjung dan membaca tulisan ini, semoga ada hal baik yang bisa diambil.
Meskipun sepertinya kebanyakan opini ✌🏻

20 komentar:

  1. Mantaaap mbahana . Terimakasih infonya, mengingatkan ku agar selalu waspada dan semakin jaga kebersihan dan tetap berusaha tidak panik yg berlebihan ..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yoi samasama.
      Tetap jaga kesehatan ya maa. Stay safe.

      Hapus
  2. Yuhuuu! Lagi ngikutin juga nih berita ini dari awal. Stay safe ya hannaa!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pusing ga sih beritanya ada di mana-mana? Seringkali jenuh sih kalo saya.
      Stay safe juga bang adiii!

      Hapus
  3. dari baca tulisan ini aku jadi tau perkembangan corona virus, terima kasih sudah mau berbagi tulisan yang penuh info seperti ini :D

    dari awal kemuncullannya aku cuma tau, dan bodo amat. nggak ngikutin lagi beritanya. apalagi didukung dengan pernyataan itu virus nggak bakal bisa masuk ke indonesia karna iklim dan katanya penyakit di indonesia yang sudah ada, lebih mematikan daripada virus itu 'katanya' nyatanya. semuanya panik. agenda ku hancur sampai tiga bulan kedepan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih kembali :)
      Memang sih ada beberapa penyakit yang lebih mematikan dari wabah covid ini. Tapi, ya jangan disepelekan juga dong. Akibatnya fatal kan sekarang. Semoga lekas membaik deh, aamiin.

      Hapus
  4. Tos dulu ayok. Eh lg nggak boleh bersentuhan yaa.. Sepakat bgt sm opinimu mbak.. Yg jelas sebisa kita tetap mengingatkan orang2 di sekeliling kita supaya nggak termakan hoax.. Alhmdulillah di grup wa keluargaku skrg aman dr hoax2an karena setiap ada yg ngshare berita kulgsg cari kevalidannya. Berasa detektif bgt, wwkwk
    Btw aku lg stop mengikuti berita covid 19 karena tiap cari berita kepalaku pening bgt mungkin karena blm pulih juga dr tifus.. Hhh
    Stay safe terus ya mbak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tos siku aja, eh tetep ga boleh. Tos virtual aman.
      Yap betul. Harus saling mengingatkan, meski sering diabaikan. Mengenai berita covid, saya udah ditahap menerima tanpa panik, tapi masih ngikutin perkembangan kasusnya.

      Btw, cepet baikan lagi ya mbak dan tetap jaga kesehatan juga :)

      Hapus
  5. Nahan napas 10 detik ini paling ngaco banget sih hahahahaha aku pas tau kaya hah becanda amat ni orang2 tauk amaaaat ah terserah lu semua wkwkwkw kesel.

    Aku awal-awal gak terlalu banyak nyari tau, tapi selalu dikasih tau sama temen tentang perkembangan si covid 19 ini, jadi tiap hari selalu nyimak berita dari dia. Dan, seneng sih karena masih ada yg bisa diajak sharing tentang ini, soalnya waktu itu keluarga juga masih cuek banget kaya yauda siii virusnya jauh kok. Nahloh sekarang deket banget virusnya ada dimana2.

    Sehat2 ya Hanna, salam kenal.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha saya sempet coba dan optimis ga kena karena alasan nahan napas itu, memang dasar. Terus kalau saya sepertinya malah jadi temen yang suka ngasih tau perkembangan covidnya.

      Tetap jaga kesehatan ya. Salam kenal juga :)

      Hapus
  6. Grup keluarga besar gw suka banget sebar hoax. Karna muak gw left aja. Pikiran langsung tenang...

    Wkwkwkwk

    BalasHapus
    Balasan
    1. Langsung left dong, saking udah lelah menerima hoax dari keluarga sendiri ya? Hahaha

      Hapus
  7. Ah iya bener banget emang, pertama kali virus ini muncul pemerintah kayaknya santai banget. Bahkan kesannya sombong banget kalo virus ini nggak bakal masuk Indonesia.
    Kenyatannya begitu kabar warga Indonesia ada yang positif corona pun Indonesia masih aja tetep santai seolah itu bukan hal yang besar.

    sekarang keadannya jadi semakin mengkahwatirkan, bahkan muncul himbauan tarawih sampai solat ied aja mesti dilaksanakan di rumah. Pukulan telak buat warga muslim Indonesia.

    Semoga pageblug ini bener2 segera berakhir..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah iya betul. Sekarang aja lagi ramai masalah narapidana dibebaskan, tapi malah berulah lagi. Sedangkan yang berkeliaran dan berkumpul bisa kena pidana. Kemarin banget, kemenag udah ngasih imbauan untuk tarawih di rumah aja.

      Ya, semoga wabah ini segera berakhir. Aamiin.

      Hapus
  8. apapun itu peran media dalam memberitakan covid 19 harus balance sekarang.. jaga kesahatan diri sendiri demi lingkungan sekitar, semoga pancemi cepat berlalu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yap, media memang berperan penting juga dan sangat bisa memengaruhi sikap masyarakat terhadap wabah ini.
      Tetap jaga kesehatan ya!

      Hapus
  9. Keep it up, mbak.
    Pertama kali mampir nih.

    Stay safe. This too shall pass.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Stay safe juga yaa!
      Terima kasih sudah berkunjung, salam kenal :)

      Hapus
  10. Pada kondisi tertentu, saya enggak bisa menahan napas selama 10 detik. Apakah saya tandanya sudah tua? Ya, Tuhan. Ngawur juga itu informasi. Hahaha.

    Efek psikosomatik tentu sempat terjadi pada saya setiap kali habis dari warung atau membeli makanan. Biarpun sudah mengenakan masker, tetap saja sesampainya di rumah saya jadi tiba-tiba batuk. Mau bagaimana lagi, itu pengaruh ketakutan berlebihan. Syukurlah saya kini mulai bisa mengontrol kecemasan, lalu gejala-gejala semacam itu enggak terjadi lagi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah loh? Mungkin kemampuan menahan napas dipengaruhi hal lain selain umur hehe.

      Sepertinya efek psikosomatrik hampir dialami masyarakat dunia deh, tapi bedanya cuma seberapa besar pengaruhnya. Semoga kembali membaik. Stay safe!

      Hapus

Diberdayakan oleh Blogger.