Restored Time Capsule, lalu Bernostalgia

Disela-sela mencari hiburan dan info di sosial media, perasaan tiba-tiba menghangat. Sepertinya saya berhasil membuka time capsule pribadi. Dari iseng mencoba menginstal kembali aplikasi Writer di handphone.

Bagi yang belum tau, Time Capsule ini adalah semacam tempat untuk menyimpan berbagai barang maupun informasi dari masa lalu. Penggunaannya telah digunakan sebelum masyarakat mengenalnya. Semakin berkembang, banyak perdebatan mengenai maksud pembuatannya. Namun, kabarnya untuk menyelamatkan sebagian sejarah, atau sebagai pembanding kemajuan zaman dan bisa digunakan sebagai bahan ajar di masa yang akan datang.

Indonesia pun memilikinya, tepatnya di Merauke, Papua. Berisi impian anak bangsa mengenai keinginannya 70 tahun mendatang yang dikumpulkan dari seluruh provinsi Indonesia melalui ekspedisi. Sehingga pembukaannya pun menunggu 70 tahun ke depan terhitung dari 2015-2085. Itu lho, yang bangunannya mirip markas Avengers, katanya.

Dalam kasus saya, bukan merupakan kapsul waktu dalam arti sebenarnya. Hanya semacam menemukan time capsule pribadi, setelah sebelumnya agak kecewa karena hasil backup di aplikasi tersebut tidak bisa dikembalikan saat mengganti gadget. Isinya pun hanya berupa tulisan random sendiri, tapi perasaan memang senang bisa membuka dan mengisinya kembali.

sebagian kecil draft tulisan random di aplikasi Writer
Beragam judul random pun muncul, termasuk folder-folder berisi tulisan yang sengaja dikelompokkan. Satu-satu saya baca dengan seksama dengan perasaan campur aduk. Ternyata kebanyakan mengenai keresahan pribadi tentang banyak hal, dan seakan sekilas kembali ke momen itu. Berikut beberapa tulisan yang terakhir saya buat di aplikasi tersebut.

Katanya kau akan tau siapa teman sejati,
Bila hidup kian beranjak pergi;
Ia kan selalu menemani,
Meski dirimu sedang sakit tak terkendali;
Ia selalu siap di sisi,
Meski dirimu penuh masalah tuk dihadapi.

Bukan dia yang kian beranjak pergi,
Tapi datang saat dia perlu sendiri.
(9 Januari 2019, 11:47 am.)
---
Seringkali lebih memilih kesibukan lain
Dibanding hal yang lebih penting
Berkata sibuk pada yang lain
Nyatanya hanya berputar di dalam dinding
(12 Januari 2019, 9:56 am.)
---
Seringkali kita ingin yang sempurna
Nyatanya itu tak kan pernah ada
Dan hanya buang waktu saja
(6 Februari 2019, 17.38 pm.)
---

Beberapa ternyata sudah pernah saya publikasikan di sosial media, salah satunya ini.

Tak hanya berupa tulisan saja, perasaan kita bisa menjadi hangat ataupun sebaliknya sesaat melihat gambar/foto, mendengarkan musik, ataupun dari indra perasa.

Ingat film Ratatouille?  Di mana seorang kritikus makanan tiba-tiba seperti kembali ke masa kecilnya saat mencoba makanan yang disajikan. Scene ini sendiri sebenarnya terinspirasi dari novel Michael Proust, À la Recherche du Temps Perdu (Mencari Waktu yang Hilang). Fenomena ini terkenal, pun disebut Proustian Memory. Proust sendiri menyebutnya memori tak disengaja (involuntary memory), suatu pengalaman sensorik yang tiba-tiba dapat mengembalikan ingatan tersembunyi terutama dari masa lalu.

Sering sekali kita merasakan peristiwa tersebut. Faktanya, manusia memang senang bernostalgia atau mengingat peristiwa yang pernah dialami pada masa lalu. Bisa juga disebut sebagai suatu kenangan, yang juga merupakan bagian dari momen spesial kehidupan.

Bernostalgia terkadang terkesan buruk, karena dapat menjadi penghalang untuk move on. Menurut saya sendiri, bernostalgia adalah suatu cara agar bisa menjadi sosok yang lebih baik untuk masa kini dan yang akan datang. Sehingga, masa lalu bisa dijadikan sebagai pembelajaran untuk melangkah ke depan atau semacam motivasi.

Ternyata, fenomena nostalgia ini awalnya dikategorikan sebagai penyakit psikologis sejak abad ke-17 di Eropa. Istilah nostalgia pun berawal dari tesis Johannes Hofer (1688), mengacu pada dua kata bahasa Yunani, nostos (rumah) dan algos (sakit). Tesisnya berdasarkan pengalaman orang di sekitarnya yang terlihat depresi dan ingin pulang ke negara asalnya.

Fenomena ini terus menyebar, terutama menyerang para tentara Eropa, yang saat itu masa Perang Dunia. Bahkan nostalgia ditetapkan sebagai penyakit psikis endemik dengan gejala demam, gangguan pencernaan, sakit perut, dan sebagainya, mengacu pada depresi ingin pulang ke rumah. Dilaporkan terdapat sekitar 2000an kasus, termasuk beberapa di antaranya adalah kasus kematian.

Seiringnya waktu, banyak psikolog mencoba mencari tau fenomena ini. Hingga pada akhirnya nostalgia ditetapkan bukan merupakan sebagai penyakit, karena faktanya hampir seluruh manusia mengalaminya, dan ini bukan merupakan sesuatu yang buruk. Begitupun menurut ahli psikologi Clay Routledge, yang berpendapat jika nostalgia ini memiliki manfaat yang luar biasa. Manusia tidak memiliki mesin waktu, tapi dengan nostalgia kita mempunyai mental time traveller, yang berguna untuk merencanakan masa depan dan menjadi spesies goal-oriented atau yang berorientasi pada tujuan.


Mungkin tidak nyamannya bernostalgia, kita bisa merasakan perasaan senang sekaligus rasa penyesalan dan bersalah dalam waktu bersamaan. Namun, jangan jadikan hal itu sebagai penghalang untuk maju ke depan, bahkan terjebak berlama-lama di masa itu.

Tak jarang, kini fenomena nostalgia pun menjadi sebuah strategi marketing yang gencar dilakukan. Seperti yang ramai terjadi beberapa waktu lalu, brand ice cream di Indonesia kembali memproduksi produk lamanya atas permintaan masyarakat. Meskipun, hasilnya tidak akan sama persis dengan sebelumnya.

Selain itu, di dunia hiburan banyak sekali suatu karya yang dibuat kembali (recycle) ataupun terinspirasi dari peristiwa masa lalu. Karena hal ini dapat membuat manusia lebih tertatik dan mendorong semangat untuk menjalani hidup tanpa melupakan masa lalu. "Jangan pernah melupakan sejarah," ucap Sang Proklamator Indonesia, Ir. Soekarno.

Jadi, tidak ada salahnya untuk bernostalgia, karena momen-momen di masa lalu adalah suatu masa yang membentuk kita hari ini. Setidaknya, itu membuat kehidupan kita lebih berwarna.

Oh iya, saya menemukan satu lagi tulisan random yang ingin dibagikan. Agak nyeleneh sih, atau.. mungkin semuanya ya. Tak apalah, toh karya sendiri, dan kebanyakan juga belum dikasih judul, bingung sendiri soalnya.

Jika aku laki-laki,
Akan ku coba mendapatkan hatimu
Yang sudah sejak lama menghantui.

Jika aku laki-laki,
Pasti ku lebih banyak bermain logika
Dibandingkan perasaan.

Jika aku laki-laki,
Mungkin ku kan terlihat lebih kuat
Dari biasanya.

Tapi, jika aku laki-laki,
Aku takut masuk berita,
Bahkan ku yakin kamu kan berpaling,

Karena aku laki-laki, sama seperti dirimu.
***

Perasaan saya agak aneh setelah membaca lagi tulisan ini, ingin ketawa tapi ada perasaan lain juga. Hehe sorry, namanya juga tulisan random. Ngomong-ngomong terima kasih ya sudah mau bermain waktu di tulisan ini dan bernostalgia bersama.

Tetap jaga kesehatan yap!

8 komentar:

  1. Entah bernostalgia terkadang bisa memicu perasaan bahagia juga yaa hehe Btw tulisan ungkapan kata yang mbak buat itu dalem juga yah maknanya kalau dirasa

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yoi :D
      Jangan kebanyakan dirasa, suka nyesek sendiri hahaha

      Hapus
  2. Benerr. hahahaa. Kalo orang2 biasanya seru nemu barang2 gak penting pas beberes. orang kayak kita bakal ngerasa gimanaa gitu kalo baca tulisan2 lama yang udah gak pernah dibuka. Malah bisa jadi keinget momen pas lagi nulisnya. Ahem. :p

    BalasHapus
  3. Terkadang ketika kita berada disuatu tempat yang dahulu pernah kita kunjungi atau mendengarkan music yang pada masa itu pernah menemani, fikiran akan bernostalgia dengan sendirinya. teringat akan masa- masa indah maupun kelam.

    kalau saya bahkan pernah bernostalgia hanya karena mencium suatu aroma(udara). seakan-akan saya kembali, pada saat saya masih dijaman itu. hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau dari indra penciuman, saya seringnya lebih langsung mengingat ke orangnya bukan momennya. Karena setau saya, setiap orang memiliki aromanya masing-masing yang susah untuk didefinisikan.

      Hapus
  4. Saat menemukan tulisan lawas saya sih jelas langsung membatin: masa iya saya pernah menulis seaneh (bisa juga sejelek) ini?

    Memang ada perasaan campur aduk. Senang karena tandanya mutu tulisan telah berkembang sejak hari itu. Sedih sekaligus malu karena harusnya waktu itu bisa belajar lebih banyak. Seakan-akan menyesal kenapa enggak dari dulu banget untuk giat membaca dan menulis.

    Belum lagi kalau kisahnya menyedihkan, bisa mendadak tertawa kalau dulu kok selemah itu, bisa juga malah terbawa suasana dan tiba-tiba murung.

    Itu yang berandai menjadi laki-laki jadinya suka sesama jenis? Yah, random sekali. Haha.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tapi kenyataannya sesuatu hal itu tidak bisa dilakukan langsung bagus, semuanya butuh proses :)

      Iya random banget, mungkin mengira jiwanya tetap perempuan atau bisa seakan menyamar doang. Entahlah namanya juga random 🤣

      Hapus

Diberdayakan oleh Blogger.