Pembunuhan Zodiak di Tokyo

Pembunuhan Zodiak di Tokyo

Kisah misteri atau pun yang berkaitan dengan tokoh-tokoh detektif selalu menarik bagi saya. Baik dari tokoh Holmes-Watson, Conan, Kindaichi, Miss Marple, Poirot, dsb. Bahkan sejujurnya, saya pernah diberi julukan ‘Mistis’ oleh beberapa teman dekat setelah berhasil menyelesaikan seminar proposal saat kuliah, yang saya sendiri tidak paham maksudnya.

Julukan Mistis, S. Up. - ridhannaa.blogspot.com
Mistis? Creepy..

Masing-masing dari mereka memang memiliki julukan, sekadar untuk lucu-lucuan.  Hmm anak muda. Oleh karena itu, mereka memutuskan memberi julukan tersebut. Katanya, karena saya mengetahui beberapa kisah mistis atau semacam riddle. Bahkan pernah mengalami hal mistis juga. Padahal sejujurnya saya juga takut sama yang begituan. Masuk rumah hantu aja balik lagi keluar~

Hmm. Beralih dari fakta itu, saya akan mencoba mengulas kembali buku. Berisi kisah misteri pembunuhan yang terjadi di Tokyo, Jepang 56 tahun silam jika dihitung dari 2019, yaitu buku The Tokyo Zodiac Murders (Senseijutsu Satsujin Jiken).

Buku The Tokyo Zodiac Murders (Pembunuhan Zodiak Tokyo - Indonesian Edition) by Soji Shimada

Kisah ini ditulis oleh Soji Shimada yang menetapkan dirinya sebagai penulis misteri setelah mengalami beberapa profesi. Ia dikenal sebagai penulis lebih dari 100 novel misteri. Selain itu, ia telah mendapatkan penghargaan Japan Mystery Literature Prize tahun 2009, dan aktif mencari penulis baru.

Buku The Tokyo Zodiac Murders ini adalah karya pertamanya dan telah mendapatkan penghargaan untuk Edogawa Ranpo Prize di tahun 1981 dengan tahun rilis yang sama. Setelah itu dilanjutkan dengan karyanya yang lain, serial Detektif Kiyoshi Mitarai dan Detektif Yoshiki.

Saya sudah lama menginginkan buku ini. Beruntungnya sekarang sudah ada di tangan, edisi Indonesia cetakan ketiga rilis Agustus 2012. Meskipun kondisinya tidak terlihat seperti benar-benar baru (diperoleh dari bazar). Namun, yang saya butuhkan tentu isi ceritanya. Don’t judge the book by it's cover, dude.

Kisah ini sepenuhnya hanya fiksi, namun sebagaian kecil mungkin terinspirasi dari berbagai kisah misteri di dunia nyata dan kisah detektif lain yang tokoh-tokohnya sudah banyak dikenal. Apalagi Jepang merupakan salah satu negara dengan tingkat kriminalitasnya rendah, namun memiliki beberapa kisah pembunuhan di masa silam.

Kisah Pembunuh Zodiak Tokyo ini bermula dengan prolog berisi surat wasiat Heikichi Umezawa. Seorang seniman yang menyampaikan ide gilanya menciptakan sosok wanita sempurna, Azoth. Ia sebut sebagai karya terbesarnya, yang dirancang dengan menyatukan beberapa bagian tubuh para wanita muda kerabatnya, berdasarkan ilmu astrologis dan alkimia.

Namun, dirinya ditemukan tewas bersama catatannya di studio belakang rumahnya yang terkunci. Kepala bagian belakangnya terlihat dihantam benda tumpul dan terdapat jejak sepatu wanita juga laki-laki di luar. Peristiwa ini terjadi tahun 1936 (sebelum Perang Dunia II) dan sangat mengejutkan Jepang, terutama kejadian setelahnya.

Pembunuhan Kazue kemudian terjadi, anak tiri tertua Heikichi dari istri keduanya Masako. Dilanjutkan dengan pembunuhan berantai anak-anak dan keponakannya, persis seperti yang disebutkan dalam catatannya dengan kondisi tubuh terpotong juga hilang dan terkubur di tempat berbeda.

Kasus ini sulit dipecahkan, terutama untuk menemukan pembunuhnya. Terlebih ide penciptaan Azoth ini berasal dari Heikichi yang telah terbunuh sebelumnya, dan bertanya-tanya keberadaan Azoth sebenarnya. Banyak dari kalangan masyarakat yang mencoba memecahkannya, termasuk polisi, cendekiawan ataupun para detektif amatir. Hingga kasus ini diakhiri dengan tuduhan bahwa Masako yang harus bertanggung jawab.

Peristiwa itu tetap membuat kasus ini belum bisa dikatakan selesai, karena masyarakat masih ragu dengan keputusan polisi. Buku-buku mengenai kasus ini ramai diperjual-belikan, berharap ada yang bisa memecahkannya.

Setelah 43 tahun, 1979, detektif sekaligus peramal nasib, Kiyoshi Mitarai diminta memecahkannya oleh Mrs. Iida bersama Kazumi Ishioka sahabatnya, seorang ilustrator lepas. Ia menyerahkan sebuah petunjuk dan berharap dapat mengetahui keterlibatan ayahnya sendiri, Mr. Takegoshi seorang polisi yang sempat menangani kasus tersebut.

Kazumi sangat gemar dan mengikuti kisah-kisah detektif, termasuk Pembunuhan Zodiak Tokyo. Tapi tidak dengan Kiyoshi, sehingga ia membutuhkan Kazumi menjelaskan dan menyampaikan info-info terkait untuk membantu memecahkannya selama seminggu. Rentang waktu tersebut atas perintah kakak Mrs. Iida yang juga seorang polisi, Mr. Takegoshi Jr.

Gambar Garis Lintang dan Garis Bujur Jepang - The Tokyo Zodiac Murders
Gambar Garis Lintang dan Garis Bujur Jepang untuk Mencari Petunjuk
Beragam petunjuk sedikit demi sedikit kian bertambah, baik dari ucapan, tulisan, gambar ataupun grafik. Kedua tokoh tersebut sampai harus pergi ke Kyoto untuk mencari dan bertemu dengan orang-orang masa lalu. Berharap bisa memberikan petunjuk. Namun setelah beberapa hari, mereka sempat putus asa dan memutuskan berpisah dengan berjalan sendiri-sendiri.

Penulis pun mengajak dan terkesan memberi tantangan kepada pembaca untuk menebak siapa pembunuhnya. Sungguh interaktif. Bagian ini cukup menarik bagi saya untuk ikut menebak. Bahkan saya sempat 1-2 hari berhenti sejenak tidak melanjutkan ceritanya untuk berpikir. Hasilnya, tebakan saya akan pembunuhnya benar, tapi tidak dengan caranya.

Intermeso Pesan Penulis Soji Shimada - Tantangan Pembaca Memecahkan Kasus The Tokyo Zodiac Murders
Intermeso Pesan Penulis Soji Shimada: Tantangan Pembaca Memecahkan Kasus
Jangan harap saya akan memberi tau loh, karena bagi yang ingin membacanya akan kecewa dan tidak menikmati alur ceritanya. Seperti kebanyakan pembaca lain yang memiliki harapan lebih besar terhadap buku ini.

Wajar mereka berpendapat demikian karena mungkin penulis sengaja membuatnya demikian. Berharap mendapatkan akhir cerita bombastis, tapi yang didapat akhir cerita yang cukup sederhana. Terlebih ini karya perdana Soji Shimada.

“Ada sesuatu yang hilang.. dan kemungkinan itu sesuatu yang sangat, sangat sederhana. Kasus ini memang ganjil dan tidak dapat dipahami, tetapi aku punya firasat bahwa kasus ini sebenarnya tidak terlalu sulit dipahami. Kalau kita bisa menemukan mata rantai yang hilang, kita akan memahami keseluruhan kisah ini.. Yah, akulah detektif yang tidak akan menyerah!”  ─ Kiyoshi Mitarai (hal. 196)

Saya sendiri menikmatinya, meski awalnya cukup kesulitan memahami teori astrologis dan alkimia yang ada, juga beberapa kondisi Jepang saat itu. Penulis pun cukup bagus bisa membuat kisah seperti ini. Membuat para pembaca blunder akan arah cerita dan penyelesaian kasus yang diberikannya.

Oh iya, dalam buku ini juga sempat disebutkan beberapa tokoh detektif yang terkenal melalui Kazumi. Bahkan Kiyoshi secara gamblang mengejek Sherlock Holmes yang sangat dikagumi Kazumi. Tapi, pada akhirnya ia mengakui juga kehebatan Holmes. Pembaca tentu akan mengenali kemiripan Kiyoshi dengan Holmes, dan Kazumi dengan Watson.

“Sherlock Holmes? Siapa itu? Oh, maksudmu pria Inggris yang lucu itu, pembohong, barbar, dan pecandu kokain yang selalu keliru membedakan kenyataan dengan khayalan?”  ─ Kiyoshi Mitarai (hal. 196)

“Aku tidak bilang aku membencinya. Bahkan dia salah satu detektif yang paling aku sukai. Aku suka selera humornya. Kita tidak akan tertarik pada orang yang bertingkah seperti komputer, bukan? Holmes memperlihatkan kepada kita sifat manusia sesungguhnya. Dalam hal itu, dia sangat hebat”  ─ Kiyoshi Mitarai (hal. 172)

Menurut saya buku ini masih layak dibaca, apalagi bagi teman-teman yang gemar akan cerita misteri atau detektif seperti saya. Isinya pun tidak terlalu seram karena tidak adanya penggambaran pembunuhan yang terkesan kasar atau sadis. Meskipun tidak cocok juga jika dibaca anak-anak.

4 komentar:

  1. Gilaaa berani banget bacanya giniaaan. Gue tuh pas SMP deh sukanya buku horor gitu. Cerita Hantu Sekolah, Conan, Holmes. Tapi abis itu parnoan sendiri. Takut kalo masuk kamar mandi, tiba-tiba ada benang tipis setinggi leher yang nempel, terus gue kebeset. *imajinasi terlalu tinggi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kenapa sih kebanyakan pandangannya begitu, padahal kan ga seseram itu.. menurut saya.. 😎

      Meski imajinasi saya juga tinggi, kayanya ga membayangkan sampai segitunya. Itumah memang parnoan bukan imajinasi tinggi hahaha.

      Hapus
  2. Anjir, disuruh nebak sendiri. Wqwq. Kalau cerita detektif atau misteri begitu, saya belum pernah baca lagi dalam setahun terakhir. Dulu sempet ngikutin kisahnya Holmes, buku Agatha Christie, buku Edgar Allan Poe, terus yang paling terakhir bukunya Sabda Armandio yang Gaspar pas 2017. Satire gitu novelnya sama cerita detektif.

    Omong-omong soal detektif, entah kenapa saya merasa tulisan Haruki Murakami juga sejenis itu. Pembaca sering banget disuguhkan akhir yang menggantung. Ada bagian-bagian berlubang (saya kira ini awalnya kesalahan, tapi di tiap ceritanya sering ada, jadi saya pikir dia sengaja). Seakan-akan harus selalu bikin kesimpulan dan tebak sendiri dari pertanyaan-pertanyaan itu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dari yang disebutin tadi beberapa udah pernah baca karyanya, beberapa juga belum. Tapi sebenarnya banyak ga sih pembaca yang suka kisah menggantung? Saya sih bukan termasuk, dan pasti akan selalu cari jawabannya atau ya jadi penasaran sendiri.

      Hapus

Diberdayakan oleh Blogger.