Berani Ga Lepas Gadget?

Dear pembaca blog..
Pernahkah kalian coba buat lepas dari gadget?
Seminggu aja.. Eh ga yakin pada bisa, sehari deh coba, kalo lolos terus dua hari, dst.


Hasilnya mengagumkan loh.
Saya kemarin-kemarin coba seminggu lepas dari gadget. Bukan sengaja sih tapi karena gadget yang tiba-tiba error gara-gara upgrade os android.

Awalnya sih emang agak gimana gitu ya.. kerena takut ketinggalan info penting, yang nyatanya ga ada sih paling yang ada butuhnya aja ups. Tapi lama kelamaan terbiasa. Alhasil akibat lepas dari gadget itu, bisa jadi lebih produktif. Produktif dalam bidang apapun, entah pekerjaan rumah, berkarya akan hobi, membantu & bermanfaat bagi orang lain, dsb. Meskipun memang belum maksimal. Tapi setidaknya sudah memulai, karena banyak orang bilang "susah untuk memulainya". Kalo kata bang bena (blogger, youtuber, co-founder ivg/creative content creator) "JUST FREAKIN' START"

Sebelumnya saya juga pernah sih lepas gadget sehari, alasannya lagi-lagi karena masalah yaitu ketinggalan waktu pas ngampus. Itu seharian bener-bener berusaha banget buat ngobrol bareng yang lain, meskipun ya temennya asik sendiri sama gadget masing-masing. Tapi saat di perjalanan 1-2 orang ada yang mengajak ngobrol, meskipun umumnya yang sudah berusia (bukan millennials). Meskipun bahasannya ya cuma basa basi tapi ya enjoy aja, kaya jadi manusia seutuhnya (makhluk sosial). Masalah memang selalu bisa membawa hikmah.

Kemudian beberapa minggu yang lalu, saat mengikuti pelatihan ada salah satu narasumber membandingkan antara generasi millennials (gen Y & gen Z) dan gen X. Kelebihannya generasi millennials punya bakat multitasking, sedangkan gen X tidak, karena tidak terbiasa dan sulit, contohnya kaya lagi belajar bisa sambil dengerin musik lah, makan lah, dll.

Nah Bapak itu (narasumber) bilang zaman sekarang memang harus mengikuti teknologi kalo engga ya kita ketinggalan, tapi jangan sampai kecanduan. Terus Bapaknya cerita pengalamannya kalo dulu dia pernah kecanduan sama smartphone, selalu aja pengen tau ada berita apa di media sosial atau chat apps. Kemudian dia ditegur sama istrinya dan dia coba buat hilangin kecanduannya itu dengan menyerahkan smartphone-nya ke istrinya. Kalo ada kabar penting ya istrinya yang ngasih tau. Terus sekarang-sekarang udah ga terlalu kecanduan. Kalo handphone anaknya rusak dia cuek aja dibiarin untuk ga terlalu sering main gadget.

Ada loh penyakit kecanduan gadget, internet dan sejenisnya. Tepatnya di China ada semacam tempat rehabilitasi khusus buat yang kecanduan internet. Tapi proses penyembuhannya tuh memang agak ekstrim dan kejam ala militer, yang mengakibatkan pasiennya ga kuat menjalani dan akhirnya bisa aja melakukan bunuh diri. Cerita ini berhasil di buat film dokumenter 'Web Junkie'. Film ini menyatakan bahwa China merupakan negara pertama yang menyadari jika kecanduan bermain internet adalah salah satu gangguan klinis.

  "Most of us don't think we have internet addiction"
"Sebagian besar dari kita tidak menyadari/berpikir memiliki kecanduan internet"

salah satu scene di film Web Junkie

Bagus sih, tapi serem juga kalo sampai ada yang bunuh diri.
Ga kebayang masa depan gimana kalo teknologi ga dimanfaatin sebaik-baiknya dan tidak berlebihan. Saya berharap kita bisa tetap menerima kemajuan teknologi yang bisa memudahkan segala sesuatu, tetapi tidak membuat menjadi malas dan menjadi kecanduan yang hanya akan merugikan diri sendiri.

So, kalian berani ga lepas gadget? Tepatnya bisa ga?

Semoga tulisan ini bisa bermanfaat bagi para pembaca. Terima kasih ☺

2 komentar:

  1. Alhamdulillah sih aku termasuk orang yang aktif main internet tapi ga ampe kecanduan
    even aku ga pernah bawa HP dari pagi sammpai maghrib :)
    itu film web junkie kayaknya seru, aku coba download deh penasaran mau nonton eta

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah.
      Teruskan kak! Meskipun itu langkah kecil, tapi menurutku manfaatnya besar banget.

      Mangga boleh ditonton dulu 😊

      Hapus

Diberdayakan oleh Blogger.