Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat
Kebanyakan orang setelah mendengar kalimat di atas akan spontan berkomentar negatif. Hal ini dikarenakan dari dulu kita sudah sering diberi pembelajaran untuk selalu bisa peduli. But for me, tidak semua hal harus kita pedulikan.
Pikiran ini muncul setelah saya membaca buku karya Mark Manson (seorang blogger yang tinggal di New York) dengan judul "The Subtle Art Of Not Giving A F*ck" (terbit tahun 2016) dan baru-baru ini (Feb 2018) telah dialih bahasakan ke bahasa Indonesia dengan judul "Sebuah Seni Untuk Bersikap Bodo Amat". Menariknya lagi, buku ini merupakan buku pertamanya. Oh iya, sebenarnya saya telah mengetahui buku tersebut sejak lama sebelum versi Indonesianya ada. Namun, belum sempat menyelesaikannya dalam versi Inggris, terlebih dalam bentuk digital. Sehingga saya merasa excited ketika sudah ada versi Indonesia dan dapat memilikinya dalam bentuk fisik.
Buku ini merupakan jenis buku pengembangan diri (self improvement) dan terlaris versi New York Times dan Globe and Mail. Terlihat dari judulnya, buku ini ditujukan untuk dewasa (17+), karena gaya bahasa yang digunakan disajikan secara agak kasar dan tidak selayaknya untuk dibaca anak-anak. Bahasanya pun cukup berat bagi mereka, tetapi cukup mudah dipahami bagi kalangan 17 tahun ke atas, karena diiringi dengan beberapa fakta mengejutkan berbentuk sebuah kisah beberapa tokoh dan kisah pengalaman sang penulis, terkait materi yang akan dibahas.
Mark sendiri telah memberikan informasi sedikit tentang inti bukunya kepada para pembaca di dalamnya. Dia menyatakan bahwa, "Buku ini tidak berbicara bagaimana cara meringankan masalah atau rasa sakit. Bukan juga panduan untuk mencapai sesuatu. Namun, sebaliknya buku ini akan mengubah rasa sakit menjadi kekuatan, dan mengubah masalah menjadi masalah yang lebih baik. Khususnya, buku ini akan mengajari untuk peduli lebih sedikit". Tentunya akan memengaruhi pandangan tentang kehidupan kita ke depannya, tetapi semuanya kembali pada dirinya masing-masing.
Berbicara mengenai sikap bodo amat, disini bukan berarti kita tidak peduli atau masa bodoh akan sesuatu, tetapi kita hanya perlu memilih dan memilah mana saja bagian-bagian yang layak untuk kita pedulikan. Pasalnya, secara mendasar kita sebagai makhluk hidup secara biologis akan selalu memedulikan sesuatu, dan tidak ada yang namanya masa bodoh, itulah fakta kehidupan. Pertanyaan selanjutnya yang perlu dipertimbangkan adalah, Apa yang kita pedulikan? Hal apa yang kita pilih? dan Bagaimana cara kita bersikap masa bodoh pada hal yang tidak ada maknanya? Berdasarkan hal itu, Mark membagikan tiga seni dalam bersikap bodo amat, diantaranya;
1. Masa Bodoh Berarti Nyaman Saat Menjadi Berbeda
Masa bodoh yang ia sebutkan bukan berarti bersikap acuh tak acuh, dimana lebih cocok ditujukan bagi orang-orang yang takut menerima dirinya sendiri. Mereka yang lebih sering terganggu atau peduli dengan perkataan orang lain terhadap dirinya dalam berbagai hal, sehingga akan berusaha sebaik mungkin menampilkan sosok yang spesial atau istimewa. Sikap tersebut menampilkan sosok yang takut dan mengakibatkan tidak bisa memilih pilihan yang berarti. Pencapaian dari seni ini, sebenarnya kita dituntut untuk sebisa mungkin dapat menerima sosok atau kehidupan kita sendiri apa adanya, dengan kata lain nyaman menjadi berbeda, meskipun dipandang sebagai orang buangan namun dapat menemukan hal sulit yang bisa dihadapi dan dinikmati, bukan untuk dihindari.
2. Harus Peduli pada Sesuatu yang Jauh Lebih Penting
Secara tidak sadar mungkin kita memberikan perhatian berlebih terhadap hal sepele dan membuat kita gusar, seperti your ex-boyfriend's new Facebook picture, or how quickly the batteries die in the TV remote. Hal tersebut telah mencuri perhatian kita, sehingga kita tidak punya sesuatu yang layak dikerjakan dalam hidup, dan itulah masalah sesungguhnya, not your ex-boyfriend or the TV remote. Sehingga, cara yang paling tepat untuk memanfaatkan waktu dan tenaga kita adalah dengan menemukan/memilih sesuatu yang penting dan bermakna untuk hidup kita.
3. Tanpa Sadar Kita Selalu Memilih Suatu Hal untuk Diperhatikan
Kita dilahirkan untuk selalu peduli atau risau terhadap banyak hal, baik saat kecil, remaja hingga dewasa. Namun, sejak beranjak dewasa kita mulai memperhatikan sebagian hal yang hanya berdampak kecil dalam hidup kita, didukung berdasarkan banyak pengalaman yang telah terlewati. Seperti hal penolakan atau komentar orang, kini sudah tidak diperhitungkan lagi atau menjadi lebih selektif. Begitupun dengan memasuki usia paruh baya, meskipun energi semakin berkurang namun kita sudah yakin dengan identitas sendiri dan mulai menjalani hidup apa adanya, serta menerimanya meskipun baik atau buruk.
Kunci untuk kehidupan yang baik, bukan tentang memedulikan lebih banyak hal; tapi tentang memedulikan hal yang sederhana saja, hanya peduli tentang apa yang benar dan mendesak dan penting. -Mark Manson
Bagian-bagian dari buku ini seakan mengubah pikiran kita sedikit terbalik dengan pandangan kehidupan biasanya yang telah kita terima sejak dulu. Beberapa diantaranya, Mark memberikan gambaran bahwa terkadang kebahagiaan itu adalah masalah, menyadarkan bahwa anda tidak istimewa, selalu memilih dan keliru tentang semua hal, menyatakan kegagalan adalah jalan untuk maju, dan pentingnya berkata tidak, serta memberikan pemahaman tentang kematian. Selain itu, ada salah satu bagian dimana ia memberikan suatu pandangan mengenai suatu hubungan (relationship) dengan pasangan agar berjalan lebih baik dan bertahan dalam jangka panjang.
Buku ini tidak seperti kebanyakan buku motivasi lainnya, yang disajikan dengan kata-kata positif penuh semangat dan membangun. Namun buku ini disajikan secara blak-blakan tentang kerasnya hidup dan saya sarankan siap-siap tertampar olehnya. Tamparan yang menyegarkan yang dapat mengembalikan kesadaran kita untuk melanjutkan hidup yang apa adanya.
Ada yang menarik dalam buku ini menurut saya, Mark memaparkan beberapa nilai umum yang sangat buruk bagi banyak orang, diantaranya; (1) Kenikmatan, (2) Kesuksesan Material, (3) Selalu Benar, dan (4) Tetap Positif. Yap, ternyata sikap selalu berusaha positif bisa menjadi buruk bagi kita, karena justru merupakan suatu bentuk pengelakan terhadap masalah, dan mengekalkan masalah. Padahal, sebenarnya masalah akan membuat hidup kita lebih bermakna dan penting.
Buku ini cocok bagi yang menyukai buku pengembangan diri dengan penyampaian gaya bahasa berbeda tanpa ada kalimat manis, tetapi langsung masuk pada intinya. Boleh juga bagi beberapa orang yang ingin segera sadar bahwa hidup ini memang menyakitkan, atau yang baru saja jatuh di jurang penderitaan dan dilanda ketakutan yang sedang berusaha untuk bangkit. Tapi, menurut saya ini cocok bagi semua kalangan, seperti halnya bagi beberapa orang yang hidupnya sudah terbilang aman, apabila membaca buku ini mungkin akan menjadi lebih bijak dalam menghadapi kehidupan.
Adapun beberapa kelemahan buku ini dalam bentuk fisik versi Indonesia, yaitu ada beberapa kata yang salah (typo), sehingga membuat sedikit terganggu ketika membaca. Tetapi masih dapat diterima karena kesalahan katanya hanya 1-2 huruf saja yang tertukar atau salah. Selain itu, bagian halaman daftar isi pertama di buku saya agak sedikit lepas. But so far, so good. Namun, jika ingin benar-benar nyaman, lebih baik baca versi Inggrisnya dalam bentuk digital atau fisik yang bisa ditemukan di toko buku impor.
Sebenarnya, masih sangat banyak bahasan yang menarik dalam buku ini. Jadi, jika kalian tertarik dan penasaran, bolehlah sempatkan membaca buku ini. Atau mungkin kalian punya rekomendasi buku self improvement lain? Boleh juga loh di share disini.
Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat
Reviewed by Hanna Ridha
on
Sabtu, Februari 24, 2018
Rating: 5
Reviewed by Hanna Ridha
on
Sabtu, Februari 24, 2018
Rating: 5


