Boikot Kebun Binatang Bandung?

Seperti yang diketahui, akhir-akhir ini banyak berita-berita buruk yang terjadi di Indonesia, entah mengenai darurat kasus seksual, bahkan penyelamatan satwa di Indonesia.

Sudah lama kabarnya bahwa Indonesia dijuluki memiliki "Kebun Binatang Paling Maut di Dunia" atau "Death Zoo" dimana itu ditujukan untuk Kebun Binatang di Surabaya karena adanya kabar jerapah jantan yang menyimpan 20 kg plastik di perutnya, gajah betina yang akhirnya tewas setelah dua tahun hidup dengan kaki patah, dan seekor singa Afrika yang lehernya terjerat sling timah.

Kemudian dari waktu ke waktu kasus lain pun bermunculan, seperti halnya adanya karyawan pemberi makan hewan menggelapkan uang di Yogyakarta, sehingga harimau tidak mendapatkan makanan yang seharusnya. Kemudian kabar Singa di Taman Safari Indonesia yang dibius untuk bisa berfoto dengan pengunjung dengan tujuan mendongkrak uang. Bahkan nasib baik untuk satwa tidak menghampiri di Kebun Binatang Ragunan, dimana adanya kabar anak orangutan mati karena terlilit tali ayunan di dalam kandangnya. Sungguh ironi mendengar kabar-kabar buruk itu terjadi.

Namun, masalah yang mendera taman margasatwa di Indonesia agaknya pantang surut, dimana kasus-kasus tersebut mungkin tidak dijadikan suatu pelajaran terutama bagi pengelola satwa lainnya. Nyatanya, kasus tersebut terulang kembali di Kebun Binatang Bandung. Banyak sekali isu-isu negatif yang menginformasikan perilaku atau tindakan yang tidak selayaknya untuk hewan.

Kelayakan kehidupan hewan dapat dinilai dengan mengacu kepada Animal Welfare, diantaranya:
1. Bebas dari kelaparan dan malnutrisi.
2. Bebas dari ketidaknyamanan lingkungan dan fisik.
3. Bebas dari luka dan peyakit.
4. Bebas dari tekanan tingkah laku dan hidup normal.
5. Bebas dari rasa ketakutan dan stress.

Tentu dilihat dari 5 kebebasan tersebut kasus-kasus tersebut sudah mengabaikan salah satu bahkan beberapa kebebasan yang layak didapatkan hewan.

Kabar buruk yang menimpa Kebun Binatang Bandung ini diawali dengan kabar kematian salah satu Gajah disana yang bernama Yani. Kabarnya gajah tersebut telah sakit beberapa lama dan tidak ditangani, hanya dibiarkan diikat di luar kandang di atas jerami, hingga pada akhirnya hari Rabu kemarin (11/5/16), Yani sudah tak bernyawa. Kabar ini pun sudah tersebar di Daily Mail Online, dengan menyebutkan "animal to die in one of Indonesia's 'death zoos' where animals are kept in dirty, rusting cages".


Hal ini terjadi karena sudah 1 tahun tidak memiliki dokter hewan dan tidak melapor saat hewannya sakit. Bahkan menurut salah satu pegawainnya jika ada yang mati langsung dikubur. Berbeda dengan kasus yang menimpa Yani yang dilakukan pembedahan (nekropsi) untuk mengetahui penyebabnya oleh beberapa dokter hewan, dimana dihasilkan sakit radang paru-paru karena kualitas pakan yang buruk. Namun hal ini perlu adanya dukungan dari hasil lab.

Berkaitan dengan Bandung, sempat Bapak Walikota Bandung, Ridwan Kamil menjenguk Yani sebelum beberapa jam mati. Hal ini dilaporkan di akun instagram pribadinya dan merasa geram, sehingga menyarankan warganya untuk memboikot kebun binatang tersebut. Selain itu kemudian munculah suatu petisi dengan campaign "Save Bandung Zoo" hingga saat ini sudah didukung oleh sekitar 18.864 orang. Petisi ini ditujukan untuk Ridwan Kamil (Walikota Bandung), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), dan Yayasan Taman Margasatwa Taman Sari.

Kebanyakan masyrakat meminta walikota untuk membenahi kasus ini. Tapi nyatanya hal ini bukan kewenangannya, karena pemilik kebun binatang bukan dari pihak Pemkot, sehingga sulit untuk masuk. Namun, beberapa pihak lain akan berusaha secepatnya membenahi kasus tersebut dan memperbaiki pengelolaan satwa di Kebun Binatang Bandung, seperti Menteri Kehutanan RI, karena Komisi IV DPR berpendapat pengelola tidak menjalankan sesuai Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 31 Tahun 2012 tentang Lembaga Konservasi (dilansir dari detik.com).

Jujur, hal ini membuat saya kaget karena beberapa minggu sebelum kejadian saya berada disana. Memang benar adanya bahwa kondisi lingkungan tempat dan hewannya sangat berbeda dengan kondisi terakhir saya kesana. Sampah berserakan, beberapa kandang rusak dan kosong, serta kondisi fisik hewan yang cukup memprihatinkan.

A photo posted by Hanna Ridha Utami (@hannardh) on

Melihat dari beberapa pihak yang terlibat dalam kasus ini, saya mungkin akan lebih mendukung untuk tidak memboikot kebun binatang bandung. Karena selain merupakan satu-satunya kebun binatang yang ada di Bandung, namun hal ini juga merupakan suatu kebutuhan masyarakat, dimana bisa dijadikan sebagai bahan edukasi. Alangkah baiknya jika permasalahan ini segera ditangani dengan baik-baik dan tegas.

4 komentar:

  1. Aku juga nggak setuju kalau kebun binatang diboikot. Lha nanti hewan-hewan di sana malah makin terlantar dan petugas-petugasnya juga?

    Aku kira perlu ada pembenahan dalam sisi manajemen kebun binatang. Kalau alasan utama kebobrokan ini adalah dari segi finansial, aku rasa ya ada benarnya juga. Mungkin ya perlu bekerjasama dengan pihak swasta untuk mengatasi masalah finansial ini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya betul betul memang yang perlu diperbaiki utamanya dari segi manajemen, baru lanjut ke yang lain.

      Bisa tercapainya harapan ini perlu adanya sikap bisa menerima masukan dari pihak luar ke pihak pemilik juga.

      Hapus
  2. Negeri ini emang suka gitu, terlalu banyak kekonyolan sampai binatang saja bisa jadi korban, semua itu demi apa? UANG BRAYY

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yoi!
      Tanpa disadari semua hal yang terjadi di Indonesia memang ujung-ujungnya mengarah ke soal politik/uang. Entahlah.

      Hapus

Diberdayakan oleh Blogger.