Saving Animal with Animal Welfare

Saat ini, isu Animal Welfare (Kesejahteraan Hewan) masih menjadi persoalan penting di dunia, dimana merupakan segala sesuatu yang berhubungan dengan keadaan fisik dan mental hewan (dalam sudut pandang perilaku alami) yang perlu diterapkan dan ditegakkan untuk melindunginya dari manusia yang berperilaku buruk yang berniat memanfaatkannya (UU No. 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan).


Adapun langkah kecil yang bisa kita lakukan untuk memperbaiki kesejahteraan hewan dengan mengacu kepada prinsip lima kebebasan (The Five Freedoms), yaitu:
1.   Freedom from Hunger and Thirst  -  (Bebas dari Rasa Lapar dan Haus)
2.   Freedom from Discomfort  -  (Bebas dari Rasa Tidak Nyaman/Senang)
3.   Freedom from Pain, Injury and Disease  -  (Bebas dari Rasa Sakit, Terluka dan Penyakit)
4.   Freedom to Behave Normally  -  (Bebas untuk Berperilaku Normal)
5.   Freedom from Fear and Distress  -  (Bebas dari Rasa Takut dan Stress)

Berat ya bahasannya. Tak apa lah sekali-kali (harusnya sering sih dalam konteks benarnya).

Sebenarnya memang belum banyak yang terlalu paham mengenai isu tersebut, khususnya Indonesia (di luar konteks sosial budaya sebagian masyarakat). Hal ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan, sehingga diperlukan adanya penyuluhan. Konteks hewan disini diantaranya hewan buas, liar, domestik (ternak), bahkan peliharaan.

Di samping itu semua, beberapa hari sebelumnya saya mendapatkan kabar tidak menyenangkan mengenai matinya hewan yang sudah masuk dalam kategori langka, sehingga saya menjadi tergugah untuk membahas ini semua. Namun, bahasannya kali ini melalui ulasan (review) buku yang memang berkaitan dengan isu tersebut, dan hanya berfokus pada satu hewan saja, yaitu kuda.

Buku ini sendiri merupakan buku cetakan lama yang telah di publikasikan oleh banyak penerbit di berbagai negara. Judulnya yaitu Black Beauty karya dari Anna Sewell yang diterbitkan pertama kali pada tahun 1878 dan merupakan buku pertama dan terakhirnya, karena 5 bulan setelah bukunya terbit ia tutup usia. Hal itu pula yang membuat buku ini menjadi buku sepanjang masa, dan telah diadaptasi ke serial televisi dan film.


Anna berhasil membentuk ceritanya dari sudut pandang seekor kuda, yang tentu tidak banyak penulis bisa mengemasnya menjadi luar biasa. Hal itu pula yang membuat saya tertarik untuk membacanya. Jujur, awalnya saya tidak terlalu tertarik dengan buku tersebut, namun setelah membacanya dengan seksama bab demi bab (terdapat 4 bagian), rasa itu hilang sudah dimana semakin dalam semakin berhasil membuat penasaran dan cemas akan nasib kuda-kuda tersebut, terutama Black Beauty. Pasalnya isi keseluruhan dari buku ini mengisahkan perjalanan hidup seekor kuda (memang terdengar klasik) dari satu tempat ke tempat lain dimana tidak semua nasib kuda berjalan mulus bahkan menyebabkan kehilangan nyawa.

Berkaitan dengan Animal Welfare, disini disajikan berbagai perlakuan manusia terhadap kuda, baik dari yang mengharukan hingga yang memalukan sekali pun. Bagi pembaca yang tidak terlalu memahami seluk beluk kuda tidak perlu khawatir. Buku ini memberikan banyak informasi yang disajikan dengan jelas, dimana mencakup informasi dari segi peralatan (crupper, breeching, bit), makanan, hingga perlakuan apa yang harus diberikan kepada kuda. Selain itu, banyak pesan moral bersifat universal dan tak lekang oleh waktu yang bisa kita ambil.

Ceritanya sendiri berlatar belakang di zaman Victoria atau sekitar tahun 1800-an di Inggris. Diawali dari kisah rumah pertama Darkie (nama sebelum Black Beauty) yang hidup bersama ibunya. Sebelum berkelana, ibunya menceritakan mengenai keluarganya yang merupakan keturunan dari kuda baik. Tak hanya itu, ia memberikan nasihat yang akan selalu diingat Darkie agar selalu menjadi kuda baik apapun keadaannya. Saat mencapai umur 4 tahun ia dijual kepada seorang Hakim ternama yang menyayanginya dan dari dialah ia mendapatkan nama Black Beauty, kuda hitam tampan, gagah dan menawan dengan ciri khas tanda bintang putih di dahinya (FYI, mirip seperti sapi Fries Holland, bedanya sapi bentuk segitiga putih). Disana pula ia mulai mendapatkan banyak teman-teman sejenisnya dengan latar belakangnya masing-masing.

Perjalanan Beauty masih panjang, memasuki cerita bagian ke-2 kehidupannya mulai berubah dan berliku-liku, layaknya manusia. Perpindahannya membuat ia bertemu dengan banyak orang, terutama mengenal betul perbedaan perlakuan masing-masing majikan terhadapnya, yang berlanjut menuju kisah pada bagian ke-4, dimana nasib akhir Black Beauty ditentukan.

Cerita yang paling mengejutkan bagi saya terdapat pada bagian 'Ginger yang Malang' (teman Black Beauty), dimana ia yang dikenal selalu membela diri, saat itu sudah menyerah dan tidak sanggup lagi bekerja untuk tuan barunya dan berharap untuk mati saja. Selang beberapa waktu yang tidak lama Ginger kembali, namun dalam keadaan sudah tak bernyawa. Kisahnya terlihat singkat namun maknanya sangat mendalam.
"Memang pernah aku membela diri, tapi sia-sia saja. Manusia lebih kuat, dan jika mereka kejam dan tak berperasaan, tak ada yang bisa kita lakukan selain menanggungnya, menanggungnya terus hingga akhir. Aku ingin akhirnya segera tiba, aku ingin mati. Aku pernah melihat kuda-kuda yang sudah mati, dan aku yakin mereka tidak menderita kesakitan. Aku ingin bisa jatuh dan mati saat bekerja, dan tidak dikirim ke tukang jagal." - Ginger (hal 261, Black Beauty, Sewell A., Gagas Media)

Hal ini pula yang mengingatkan saya akan kecelakaan yang pernah saya alami, yaitu saat menaiki delman. Belum jauh berjalan tiba-tiba kudanya jatuh tergeletak tanpa mau bangkit kembali. Saat itu keadaannya di jalanan komplek perumahan sehingga tidak terlalu ramai seperti di jalan raya. Tak henti-hentinya kusir melemparkan tali kepadanya dan berusaha membangunkannya, tapi hasilnya nihil. Sejenak kuda tersebut dibiarkan dan kemudian ada yang membantu untuk melepaskan keretanya, saat itu pun kuda tersebut mau bangkit kembali. Hal tersebut membuat saya menjadi lebih waspada. Tidak sampai disitu, sesaat saya hampir sampai tujuan dengan berjalan kaki, kereta delman tersebut masih nekat untuk berjalan melanjutkan usahanya 😱

Meskipun saya tidak terlalu paham mengenai dunia kuda (karena saya tidak sempat mengambil mata kuliah kuda dan unit kegiatan mahasiswanya), tapi saya tau betul bagaimana perasaan binatang tersebut, sama halnya dengan manusia.
"Binatang akan melayani manusia dengan baik, apabila mereka diperlakukan dengan penuh perhatian"

Kembali lagi ke buku Black Beauty, dimana isi ceritanya dikemas dengan penuturan yang teratur dengan dilengkapi pengambaran masing-masing karakter dan suasana yang jelas. Dalam setiap cerita yang disajikan selalu tertuju kepada pesan untuk terus selalu berusaha bersikap baik kepada makhluk hidup manapun selagi kita masih bisa melakukannya, disamping mengetahui mengenai dunia kuda, baik tentang aktivitas, perilaku, intuisi, bahkan perasaannya.
"Tak mungkin ada agama tanpa cinta, dan orang bisa membual sebanyak mungkin tentang agama mereka, tetapi jika itu tidak mengajari mereka agar baik dan ramah kepada manusia dan binatang, agama itu palsu, dan tidak akan bertahan jika semua hal ternyata terbalik." - John Manly (hal 83)

Semoga kalian bisa berkesempatan membaca ceritanya secara lengkap dan selalu berusaha membangun kesejahteraan hewan dengan baik 😊

6 komentar:

  1. Wah... lagi rame yah ttg kesejahteraan hewan...

    Di Banyumas juga lg rame nih neng...
    Gara2 nya ada PLTB..
    konon banyak binatang dilindungi yg harus diperhatikan keselamatannya.
    Karena lokasi PLTB di hutan lindung...


    BTW, bukunya keren tuh.
    Jadi pengen beli :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sebenernya kesejahteraan hewan dari dulu udah sempat di singgung, tapi memang perhatiannya masih kurang.

      Oh iya, bahkan katanya beberapa hewan liar sudah memasuki pemukiman warga ya? Semoga dapat segera ditindak lanjuti deh peristiwa di Banyuwangi dan prosesnya dapat berjalan baik. Aamiin.

      Hapus
  2. Agak berat yaaa bacaannyaaa. \:p/

    By the way, jangankan untuk hewan. Yang kelima poin itu aja kadang-kadang masih gak diterapin untuk manusia. \:p/

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kan diawal udah disinggung haha.
      Gapapalah ya jadi berbagi ilmu sedikit.

      Iya juga, penerapan prinsip kebebasan itu belum diterapin ke manusia seluruhnya/seutuhnya, meskipun umumnya prinsip itu ditujukan untuk hewan.

      Hapus
  3. Nice article mba Hanna.. Baru tau ada buku yg bercerita dari sudut pandang hewan. Jadi pengen baca bukunya :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Thank you!
      Boleh boleh silahkan baca bukunya yaa

      Hapus

Diberdayakan oleh Blogger.