Kill for a Good Grade?

Pas masih kuliah, banyak banget tuh pasti yang memotivasi satu sama lain buat ga terlalu kecewa sama nilai yang didapat, dengan catatan udah berusaha sebisanya. Ya meskipun tetep akan merasa 'galau' sebentar. Kita tau, ga semua metode pengajaran dosen sama atau sesuai yang kita harapkan, terutama dari segi pemberian nilai. Tapi, bagaimana jika ada seseorang yang berani melakukan apapun hanya untuk mendapatkan nilai sempurna?


Kejadian tersebut terjadi dalam kisah film Dismissed yang merupakan karya debutnya Benjamin Arfmann sebagai sutradara dengan penulis naskah Brian McAuley. Film ini dirilis pada tanggal 21 November 2017 lalu dengan mengangkat genre horror, thriller. Namun, film ini hanya ditampilkan di beberapa bioskop saja, dan selebihnya hanya ditayangkan di media online.


Awal cerita, Mr. David Butler (Kent Osborne - juga penulis cerita Spongebob tahun 2002-2005) sedang mengajar kelas Bahasa Inggris dengan membahas karya dari William Shakespeare. Namun sebagian besar muridnya tidak memperhatikan. Dia merasa lelah, ditambah memiliki satu anak balita yang sakit, sehingga ia berniat untuk melamar menjadi dosen dengan harapan mendapatkan penghasilan yang lebih besar.

Tiba-tiba seorang murid pindahan datang, bernama Lucas Ward (Dylan Sprouse), ia sangat bersemangat dalam mengikuti semua kegiatan belajar mengajar. David dibuat takjub olehnya, ditambah Lucas mengatakan bahwa Bahasa Inggris merupakan favoritnya, selain itu juga ahli dalam permainan catur yang dibina David. Hal ini membuat David menginginkan menjadi mentornya, disamping Lucas tidak terlalu mendapatkan perhatian dengan sudah tidak memiliki ibu, serta ayahnya yang sibuk bekerja sebagai pengacara pembela pidana. Namun, keadaan tersebut berubah dengan sangat cepat, saat David memberikan nilai B+ pada tugas makalah Lucas tentang Othello setebal disertasi, dengan mengambil subtema 'Honest as I am: a Defense of Iago'.


Lucas sangat terlihat kecewa, David mencoba menjelaskan bahwa presepsinya tentang Iago salah dan nilai tersebut sudah cukup baik untuk dirinya. Kegigihan Lucas tidak berhenti, ia masih menginginkan nilai sempurna untuk menjaga transkrip nilainya yang akan membawanya ke Harvard.  Bahkan ia meragukan kredibiltas David dengan bertanya darimana ia mendapatkan gelarnya, sehingga memutuskan bahwa interprestasinya tidak sebanding dengan pendidikan David (kuliah di Iowa State).

Disini sudah terlihat bahwa Lucas merupakan sosok yang segala sesuatu keinginannya harus terpenuhi. Menurut saya, tidak etis menanyakan latar belakang seorang guru. Selain itu, memang salah jika membenarkan yang salah, seperti maraknya berita hoax di luar sana. Pasalnya dari cerita Othello sendiri, Iago lah yang merupakan sosok jahat yang menipu Othello. Namun, disini Lucas menyatakan bahwa Iago merupakan sosok pahlawan karena berhasil jujur kepada dirinya sendiri, sedangkan Othello seorang penipu. Seolah ia memandang sesuatu secara terbalik, dan ternyata hal ini pun sependapat dengan guru Sejarahnya Mr. Paul Garett (Robert Longstreet) di sekolah sebelumnya Milton Highschool, dimana Lucas mengerjakan tugas tentang Nazi dengan subtema 'How Perfection is an Admirable Goal'  (Kesempurnaan Tujuan yang Besar) dengan metode Adolf Hitler yang sedikit salah.

Akibat kejadian tersebut, David sudah merasakan adanya sesuatu yang tidak beres, ditambah semakin hari hidupnya semakin sial. Sebelumnya pun ia sudah merasakan keanehan saat salah satu pemain klub caturnya Alex (Matthew J. Evans) mendadak kecelakaan di kelas kimia Mr. Greg Sheldon (Randall Park). Hal ini terjadi tentu akibat ulah Lucas yang sengaja mencelakai Alex, karena tidak terima ditempatkan di posisi kedua dalam pertandingan catur, meski berhasil mengalahkan Alex.

Dok. The Orchard Films - Giphy

Diawali dari kesialan lamaran menjadi dosen ditolak mentah-mentah, karena ada yang mengubah lamarannya. Ia kemudian menyelidiki dengan menduga Lucas-lah pelakunya, dengan membandingkan ungkapan kata yang ada di lamarannya dengan di tugas makalah Lucas.

Dok. The Orchard Films - Giphy
"Have you been messing with me?" said David.
Dilanjutkan dengan menuduh Lucas mengubah lamarannya, karena saat jam istirahat ia meninggalkan laptopnya di ruang kelas. Cerdiknya Lucas, ia dengan mudah menjawab bahwa itu adalah salahnya sendiri, mengapa meninggalkan laptopnya di tempat umum dan terbuka sehingga bisa siapa saja yang dapat mengaksesnya. Semakin kesal David dibuatnya, ia langsung ke intinya "Masalahnya kamu hanya menginginkan nilai A. Bagaimana jika saya tidak akan pernah memberikannya?". Lucas menjawab penuh perumpamaan (metafora), "Aku selalu menemukan buku yang lebih menarik, saat tokohnya siap untuk kehilangan segalanya."

Pas nonton, langsung terlintas dipikiran,
"Eh gila ini murid SMA berani amat ya. Lah bocah ngapa yak, bocah ngapa yak?  ( . . . )"

Ya seperti perumpamaan Lucas, ia terus menerus menekan David untuk kepentingannya sendiri mendapatkan nilai bagus dengan cara memanipulasi orang-orang sekitarnya, seperti teman dekatnya Becca (Rae Gray). David pun sempat bertanya kepada Jane (Leslie Thurston) selaku kepala sekolah, apakah ada keluhan dari guru lain mengenai Lucas. Tapi nyatanya tidak, karena ia termasuk siswa cerdas dan selalu mendapatkan nilai sempurna, sehingga meski ia menceritakan akan ancaman Lucas tetap tidak ada yang percaya dan mengira bahwa David-lah yang sedang tidak fokus atau tidak dapat menghadapi murid. Namun, David tetap yakin akan dugaannya dan menemukan celah saat ia berkunjung ke rumah Lucas untuk membicarakannya dengan Mr. Ward (Chris Bauer). Mr. Ward kesal dengan tuduhan yang ditujukan terhadap Lucas dan tanpa sadar salah menyebut nama David dengan memanggil Mr. Garett, dimana itu adalah jalan David bertemu dengan Paul (guru Sejarah).

Singkat cerita, David berhasil menjauhkan teror Lucas terhadap dirinya dan membuatnya dikeluarkan (dismissed) oleh Jane. Tapi, itu tidak berlangsung lama. Malam harinya, Lucas tiba-tiba ada di rumah David dan membawa anaknya ke ruang kelas, setelah ia membunuh istrinya. Saat David tiba, Lucas mengancam akan menikam bayinya dengan pena dan melakukan monolog.

"Why do we think that Lucas took Mr. Butler's family from him? It's an easy one. Well, it's an incentive..." 
"I didn't give you an A."  David menjawab. 

Percakapan berlanjut, dan Lucas tetap merasakan bahwa ia pantas mendapatkan nilai A. Namun, percapakan tersebut diakhiri dengan pertengkaran, dan Lucas berhasil ditangkap polisi.

Hal ini mengingatkan saya akan percapakan Greg sebelumnya yang berpikir "Apa gunanya?" adanya pengajaran, "Anak-anak tidak butuh guru, ketika mereka memiliki Google." Kemudian ditanggapi oleh David, "Benar, mereka bisa mendapatkan semua fakta dari internet. Tapi Google tak bisa memberikan pengajaran. Tidak untuk hal-hal terpenting."

Yes! That point!

Sebagian besar, film ini menggambarkan sosok generasi muda yang cenderung cemas dan takut berlebihan. Selain itu, seakan menggambarkan besarnya tekanan dalam menjalani suatu sistem pendidikan dengan persaingannya yang berat, bahkan tekanan kehidupan perkuliahan. Lucas sendiri digambarkan sebagai seorang psikopat, sosiopat yang sulit berekspresi. Terlihat dalam salah satu tampilan saat masih kecil ia sering merekam dirinya sendiri sedang berlatih untuk masing-masing emosi, seperti senang, sedih, khawatir, dll., seolah berlatih menjadi manusia, ucap ayahnya. Meskipun sebenarnya ia merupakan sosok murid yang diharapkan guru dengan sikapnya yang baik dan cerdas, namun tidak bisa menerima suatu kekalahan.

Kurangnya dari film ini menurut saya adalah tidak diceritakannya yang melatar belakangi bagaimana Lucas bisa menjadi tokoh psikopat, dan kisah sebab kematian ibunya - apa sudah tidak sanggup menghadapi Lucas seperti ayahnya yang mengakhiri hidupnya sendiri atau bukan? masih misteri. Satu lagi, terlihat adanya kelemahan dari Mr. Ward karena ia sebenarnya tau bagaimana Lucas, namun selalu melindungi jejak kejahatan anaknya, padahal bekerja sebagai pengacara pembela pidana.

Secara keseluruhan, meski alur film ini mudah ditebak, tapi banyak menampilkan beberapa kejutan dan tentunya menghibur dengan mengangkat genre horror yang ringan. Disamping itu, film ini merupakan film low-budget dan sebagai tanda kembalinya aktor Dylan Sprouse ke dalam dunia akting, setelah ia menyelesaikan studinya di New York University bersama kembarannya Cole Sprouse. Berbeda dengan Cole yang telah lebih dulu kembali ke dunia akting dengan perannya di Riverdale sebagai Junghead Jones, Dylan kini lebih memilih untuk bermain di film dan mengambil jalan terpisah, dimana sebelumnya selalu bermain di serial yang sama.

Tertarik untuk menontonnya? Silahkan.
But, don't even try!
To kill for a good grade...

10 komentar:

  1. Eee buset dah ni pilem... masalahnya buat ngedapetin grade A ampe segitunya... menarik nih. Antara perfeksionis dan rada2 freak.. 😮

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah itu sih, dia perfeksionis karena ambisius jadi aja freak..

      Hapus
  2. Keren bgt mbananaa reviewnya, keren keren, bikin lagi dooong wkwk

    BalasHapus
    Balasan
    1. Panda Lovers! Kirain siapa.
      Makasih res, tunggu aja ya.
      Semua ada prosesnya.

      Hapus
  3. Baca sinopsis aja kayaknya masih kurang nih.
    Kepengen download ah ntar filmnya,
    kebetulan ogut emang suka film-fillm psikopat gitu wkwk.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sejujurnya saya juga suka film jenis itu.
      Tapi ngeri ga ya kalo dilihat dari sisi pribadi kita (?)

      Hapus
  4. "Bocah ngapa yak" itu apaan, sih? Kayaknya bocah-bocah di sekitar rumah sering pada nyanyiin. Semacam lagu gitu?

    Lihat temen semasa kuliah yang sering menjilat kepada dosen aja udah ngeri. Demi nilai, temen sendiri dikorbanin. Eh, di film ini bahkan jadi psikopat. Saya nggak ngerti lagi, apakah nilai di sekolah atau kampus sepenting itu? Nilai-nilai sosial dan kemanusiaannya justru dilupakan. :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Itu tuh video yang lagi viral, ada di IG. Jadi ada 2 remaja gitu, yang satu lagi sibuk main hp (mungkin kelihatan sedih juga), terus temennya ga ditanggepin eh dia nyanyi.. coba deh lihat sendiri.

      Nah iya, ada tuh yang kaya gitu.
      Mungkin dinilai penting karena tuntutan untuk maju ke depan karena persaingan ketat. Dinilai ga begitu penting bagi orang-orang yang memandang bahwa ada jalan lain menuju kesuksesan. Jalan bener (positif) tapi ya. Eh bener ga ya? Mohon dikoreksi jika ada yang salah hehe

      Intinya ya jangan sampai lupain nilai sosial dan kemanusiaan deh.

      Hapus
  5. Anjiiiir. Gue gak kebayang pas nonton scene bayi mau ditikam pake pena. Sintiiing. Itu kalo ada beneran orang yang suka ngelatih ekspresi serem juga sih ya. Jadi inget film Split itu deh.

    Keren reviewnya euy!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya ya, serem juga kalo ada yang latih ekspresi. Bisa manipulasi dong ya. Hm.
      Tapi split lebih gokil sih, banyak banget kepribadiannya.

      Hatur nuhun :)

      Hapus

Diberdayakan oleh Blogger.