Bagaimana Kabarmu Teman?

Tak terasa waktu berlalu dengan cepat. Aku disini dan kamu disana. Ngomong-ngomong bagaimana kabarmu? Aku berharap kamu baik-baik saja, dan masih seperti kamu yang aku kenal dulu. Meski aku tau setidaknya ada yang berubah.


Dulu kita cukup dekat. Aku ingat saat pertama kali dipertemukan dengan dirimu tanpa sengaja. Takdir yang membawa masing-masing diantara kita satu sekolah, bahkan sempat satu kelas. Lama kelamaan kita menjalani kegiatan yang serupa tanpa rencana. Semakin dekat, kita semakin berani mengungkapkan isi hati dan pikiran, sekadar berbagi cerita, atau hanya untuk bertukar canda. Tuhan memang hebat, Dia juga yang telah merencanakan itu semua.

Namun, seiring bertambahnya waktu dan usia kita. Tak sadar kita semakin menjauh. Itu wajar, karena masing-masing dari kita harus terus berkembang dan maju untuk mencapai mimpi-mimpi kita. Maafkan jika aku dulu sering terlihat egois dan seakan so idealis dalam mengambil suatu keputusan. Mungkin itu juga yang menyebabkan kamu secara perlahan pergi dan hilang kabar tanpa disadari. Di samping kita yang memiliki kesibukan dan prioritasnya masing-masing.

Sejujurnya aku tidak tau apa yang harus dilakukan selanjutnya pada kehidupanku. Aku merasa tidak bisa apa-apa tanpa dirimu. Bahkan kesepian dan kesendirian ini malah membuat diri semakin terpuruk. Tapi, tentu hal itu tidak sepenuhnya membuatku menyerah. Kamu yang senang akan kegiatanmu, menjadikan aku lebih semangat dalam menjalani hidup.

Apalagi sejak era modern berkembang, dengan mudah aku bisa tau kabarmu dengan cepat. Tanpa harus kamu memberitahuku secara langsung. Beragam kegiatan dan cerita hampir setiap hari terpajang di media sosialmu. Aku tentu ikut senang jika hidupmu berjalan dengan baik. Meski aku pun tidak tau bagaimana cerita lengkapnya.

Tidak seperti dulu, kamu rajin sekali bercerita dengan antusias kepadaku. Katamu, aku pendengar yang baik. Berbanding terbalik denganku yang sangat tertutup bahkan kepadamu. Mungkin karena aku malu dan tak berani. Mengingat aku yang masih sedikit trauma pernah menjadi korban bullying saat di sekolah dulu. Maafkan aku, mungkin itu juga yang perlahan membuatmu merasa asing di dekatku.

Beberapa hari yang lalu, tak sengaja aku membaca sebuah artikel tentang menyusutnya jumlah pertemanan kita saat menginjak usia 20-an, berdasarkan suatu penelitian di Finlandia. Aku penasaran. Semakin jauh ku membaca, semakin aku tau jika peristiwa seperti ini tidak hanya menimpa pada hubungan kita saja. Layaknya dulu, aku kira hanya sepasang kekasih sudah tak sejalan saja yang bisa berpisah. Ternyata hubungan pertemanan kita pun bisa. Jika kita tidak saling menjaga.

Sepenuhnya aku tidak pernah menyalahkan waktu. Karena seharusnya kita sendiri yang bertanggung jawab atas hubungan tersebut. Manusia bisa berubah. Mengubah masing-masing prioritasnya. Apalagi jika sudah mulai membangun keluarganya. Dan lambat laun hubungan kita semakin merenggang.

Aku pun ingin berterima kasih, karena kamu sudah mau menemani. Kamu sudah menjadi bagian hidupku selama ini, tanpa kamu sadari. Aku berharap kita bisa menjalani kehidupan yang lain dengan baik.

Tapi, jika dilain kesempatan dan waktu kita bisa bertemu. Maukah kamu menjalin hubungan denganku lagi dengan senang hati?

Aku ingin seperti mereka. Biar sudah berkepala tiga dan seterusnya, masih bisa berkumpul bersama. Hanya untuk sekadar berbagi cerita, baik tentang pekerjaan, pengalaman, bahkan keluarga, sambil meminum teh atau kopi di meja yang sama.

Semoga kita masih diberikan usia, untuk bertemu kembali di hari tua.
Salam hangat dariku, seorang temanmu.

8 komentar:

  1. Insyaallah, I always be your friend, bahkan best friend.. Presiden RI

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ashiaaap. Semoga tidak sampai "end" ya 😉
      Terima kasih juga Bapak Presiden sudah sedia meluangkan waktunya untuk berkunjung dan membaca tulisan saya.

      Hapus
  2. Sepakat soal artikel-artikel yang mengatakan bahwa usia 20-an itu jumlah teman akan menyusut. Tapi ada juga artikel yang bilang usia-usia segitu tetap perlu menambah relasi. Biar bisa jadi jalan masuk untuk kerjaan, misalnya.

    Secara enggak langsung berarti makna pertemanannya ini berubah, ya? Ada maksud lain untuk suatu kepentingan. Enggak sekadar teman sebagaimana yang kita pahami dulu, atau teman seperti di surat ini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya memang seperti itu. Tapi balik lagi sih ke diri masing-masing. Ia memang pintar untuk menambah relasi atau tidak, dan semakin dewasa kita juga sudah bisa seleksi mana yang baik dan tidak. Sehingga hal itu juga yang membuat teman berkurang dan makna pertemanan seakan berubah sepertinya.

      Hapus
  3. Aku baik-baik saja kawan. Salam kenal kawan, sebagai sesama blogger

    BalasHapus
  4. Biar sudah berkepala tiga dan seterusnya, masih bisa berkumpul bersama. ademmm bacanya ugh

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.