Kisah Langit Merah
Tulisan ini sepenuhnya adalah sebuah ulasan buku dengan judul yang sama, yaitu Kisah Langit Merah karya Bubin Lantang yang terbit pada 2009. Buku ini sudah sejak lama berada di tangan sejak SMA, bukan karena milik sendiri namun ini buku teman yang sempat ditukar untuk dibaca, yang tentu dia pinjam buku saya juga untuk dibaca. Sama-sama belum sempat kami kembalikan pada masing-masing pemilik buku, dan saya baru sempat membacanya sampai selesai ✌
Buku ini ingin saya pinjam tentunya karena rekomendasi yang punya. Namun, sepertinya ekspektasi saya terhadap buku ini terlalu besar, sehingga setelah membacanya agak sedikit kecewa. Memang jangan berharap terlalu tinggi, jika tidak ingin kecewa. Alur ceritanya maju mundur (campuran) dan cukup membuat pusing tapi jenius sih, juga mungkin tidak banyak orang yang suka dengan tipe buku seperti ini. Sudut pandangnya pun beragam, menceritakan dari sudut pandang tokoh-tokoh lain pula. Secara keseluruhan, menceritakan mengenai tokoh Langit Merah dari masa kecilnya, hingga bisa dikatakan sampai akhir hayatnya yang tak terduga (maaf jika terkesan spoiler). Mari saya ulas deh bagaimana isi bukunya.
Langit hidup di Lampung dengan keluarga kecilnya dan memiliki adik laki-laki bernama Trang Matahari. Namanya unik-unik ya, bahkan Langit sendiri berpikir jika mungkin orang tuanya dulu demikian puitisnya. Orang tuanya bekerja serabutan, ibunya biasa membuat kue basah, sedangkan ayahnya sudah mengalami sakit paru-paru. Namun, keduanya memiliki umur yang pendek, sehingga tidak bisa melihat dan mencicipi hasil kerja keras kedua anaknya sebelum Langit lulus SMA.
Melihat kesulitan kedua orang tuanya untuk mencari penghasilan, seringkali Langit ikut membantu. Tak hanya sekedar membantu jualan ibunya, namun ia mencari uang dengan menulis cerpen dan artikel, sejak karya-karyanya tampil di mading dan majalah sekolahnya dengan meminjam mesin tik teman-temannya. Bahkan dengan karya-karyanyalah ia bisa menghidupi diri dan adiknya berkuliah. Entah mengapa sejak kelas 3 SD, Langit memiliki cita-cita sebagai wartawan. Berbeda dengan adiknya Matahari, yang seringkali berubah akan jadi apa nantinya, dari polisi, guru, dokter dan sebagainya.
Sebelum lulus SMA, Langit sudah berhasil membuat dua novel, hingga kuliah ia masih seringkali mengirimkan karya-karyanya ke beberapa media. Total lima novel yang telah ia ciptakan. Namun sejak lulus sebagai sarjana ekonomi ia berhenti, dan melanjutkan bekerja sebagai wartawan di salah satu kantor media ternama di Indonesia.
Langit sangat antusias dan senang karena cita-cita masa kecilnya bisa tercapai. Tapi setelah satu tahun ia bekerja, ia sudah bisa mencium bau busuk di kantornya sendiri. Banyak rekan wartawan yang menyalahgunakan profesinya dengan menerima suap dan sejenisnya untuk bisa mengontrol berita yang akan dipublikasikan. Awalnya Langit tidak percaya, dan menganggap jika hal itu adalah isu belaka untuk menjatuhkan kantor tempat ia bekerja. Tetapi, semakin lama ia sering mendengarnya, didukung dengan pemimpin redaksi yang ingin meminta untuk menghentikan investigasinya mengenai Dipasena (licinnya permainan obligor dan debitor BPPN menghindari kewajiban bayar utang) dengan menganggap ada maksud tertentu.
Langit sangat antusias dan senang karena cita-cita masa kecilnya bisa tercapai. Tapi setelah satu tahun ia bekerja, ia sudah bisa mencium bau busuk di kantornya sendiri. Banyak rekan wartawan yang menyalahgunakan profesinya dengan menerima suap dan sejenisnya untuk bisa mengontrol berita yang akan dipublikasikan. Awalnya Langit tidak percaya, dan menganggap jika hal itu adalah isu belaka untuk menjatuhkan kantor tempat ia bekerja. Tetapi, semakin lama ia sering mendengarnya, didukung dengan pemimpin redaksi yang ingin meminta untuk menghentikan investigasinya mengenai Dipasena (licinnya permainan obligor dan debitor BPPN menghindari kewajiban bayar utang) dengan menganggap ada maksud tertentu.
Langit adalah tokoh yang sangat menjunjung tinggi nilai kejujuran. Bahkan saat ia masih kuliah, ia tidak serta merta memberikan jawaban soal ujian kepada wanita yang ia suka sekalipun, "...Aku nggak akan ngasih sontekan ke kamu demi memenangi hati kamu. Nilai ujian cuma sebatas huruf dan angka. Belajar jadi manusia jujur selalu lebih menantang buatku.." (hal. 29)
Jenuh dengan keadaan kantornya, ia mendaftarkan diri ke program beasiswa yang akhirnya lolos. Sehingga kemudian Langit melanjutkan kuliah master of science di program International Financial Management di Rijksuniversiteit Groningen Belanda (salah satu universitas terbaik Eropa) selama 14 bulan. Ia tahu izin cuti yang diberikan kantornya, adalah upaya menyingkirkan dirinya untuk sementara. Namun, setelah selesai Langit kembali bekerja dan kembali melihat rekan-rekannya yang bertindak kotor.
Buku ini menjelaskan jika Indonesia memang tak pernah lepas dari kelompok negara paling korup di dunia, berdasarkan hasil penelitian Transparency International melalui survei Corruption Perception Index yang dilakukan setiap tahun. Padahal Indonesia memiliki SDA yang kaya dan memiliki perekonomian terbesar di Asia Tenggara. Berdasarkan hal itu, pemerintah dan masyarakat sebenarnya menaruh harapan pada pers dan wartawan untuk bisa memerangi masalah korupsi. Namun, nyatanya yang dilihat Langit tidak seperti itu, tetapi lebih banyak yang bertoleransi terhadap korupsi dan suap.
Singkat cerita, setelah 8 tahun Langit mengabdi di kantornya ia diminta meliput ke Batam mengenai kegiatan perekonomian yang makin tinggi, tanpa tau kapan kembali. Dilema menghantui keputusannya, dan ia tau betul apa maksud pemimpin redaksinya. Meminta ke Batam untuk menyingkirkannya karena ia idealis dengan sikap jujurnya dan mengganggu bisnis kotor rekan-rekannya. Jika ia menolak, otomatis tidak bisa kembali bekerja di sana. Tapi, keputusannya sudah bulat, setelah satu minggu memikirkannya ia pun menolaknya dan otomatis mengundurkan diri tanpa diberikan pesangon sepeser pun.
Beberapa waktu ia telah menjadi pengangguran, namun tanpa disangka-sangka yang niatnya sekadar iseng, ia dipanggil bekerja di Bank of America (BofA) untuk masuk di tim external economist untuk meneliti efek privatisasi BUMN di negara berkembang Asia-Afrika selama satu tahun. Pekerjaannya pun ia kaitkan dengan kasus korupsi. Kemudian, sehabis kontrak kerjanya selesai, ia tidak langsung kembali ke Indonesia dan menetap di sana dengan menjadi pekerja kasar illegal sebagai busboy di laundry.
Ilustrasi di Groningen Belanda (hal. 70) |
"Gunung yang besar memang selalu tampak anggun dan megah dari kejauhan. Sewaktu kita tiba di gunung tersebut, bau busuk dahsyat merebak di mana-mana.." (hal. 106)
Singkat cerita, setelah 8 tahun Langit mengabdi di kantornya ia diminta meliput ke Batam mengenai kegiatan perekonomian yang makin tinggi, tanpa tau kapan kembali. Dilema menghantui keputusannya, dan ia tau betul apa maksud pemimpin redaksinya. Meminta ke Batam untuk menyingkirkannya karena ia idealis dengan sikap jujurnya dan mengganggu bisnis kotor rekan-rekannya. Jika ia menolak, otomatis tidak bisa kembali bekerja di sana. Tapi, keputusannya sudah bulat, setelah satu minggu memikirkannya ia pun menolaknya dan otomatis mengundurkan diri tanpa diberikan pesangon sepeser pun.
Beberapa waktu ia telah menjadi pengangguran, namun tanpa disangka-sangka yang niatnya sekadar iseng, ia dipanggil bekerja di Bank of America (BofA) untuk masuk di tim external economist untuk meneliti efek privatisasi BUMN di negara berkembang Asia-Afrika selama satu tahun. Pekerjaannya pun ia kaitkan dengan kasus korupsi. Kemudian, sehabis kontrak kerjanya selesai, ia tidak langsung kembali ke Indonesia dan menetap di sana dengan menjadi pekerja kasar illegal sebagai busboy di laundry.
Keputusan tersebut bukan karena murni keinginannya. Tapi, ia kembali bertemu dengan kekasih lamanya Daria, di mana mereka masih saling mencintai. Hubungan mereka terhalang oleh restu Ayah Daria karena perbedaan agama, meski Ayahnya sangat senang, dan menghormati Langit karena sikap pribadinya yang pintar dan bijaksana. Hingga kemudian Ayah Daria meninggal dan Daria merasa bersalah, sehingga ia memutuskan untuk menikahi Faisal (saudara jauhnya) di New York yang sudah jelas direstui.
"Bukan semata-mata soal agama yang berbeda, Day... kalau dipaksakan pun, nggak adil buat dia kalau harus mengikuti kamu, atau buat kamu kalau harus mengikuti dia..." -Ayah Daria (hal. 118-119)
Pertemuan Langit dengan Daria di New York bukan tanpa sengaja. Daria mendapati suaminya selingkuh di apartemennya sendiri, sehingga ia memutuskan untuk menjauh dengan anak yang dikandungnya. Sama halnya dengan Langit, Daria tidak ingin kembali ke Indonesia, terlebih belum memberikan kabar mengenai pernikahannya yang kacau itu ke keluarganya. Sedangkan Langit hanya ingin pulang ke Indonesia bersama Daria. Padahal temannya di Indonesia sudah meminta bantuan mencari data untuk mengusik para koruptor, karena hanya Langit yang berani melakukannya.
Sebelumnya, setelah Daria yang memutuskan hubungan, Langit sempat memiliki hubungan lain dengan Cathy seorang programme assistant yang bertemu akibat sebuah kecelakaan kecil. Namun, hubungannya pun kandas akibat perselingkungan Cathy, meskipun masih selalu Daria yang ada di hatinya.
Cerita berakhir dengan kisah yang pilu, Langit yang masih selalu berjuang terutama percintaannya mulai berkembang kembali. Daria yang kemudian mau tinggal berdekatan dengannya, dan mau menerima lamarannya setelah ia melahirkan. Namun, takdir berkata lain, saat ia menikmati pekerjaannya untuk mengambil pakaian-pakaian pelanggannya, ia tiba-tiba tersungkur jatuh di jalan dengan darah berhamburan keluar. Selulus SMA Langit mengalami mimisan pertama, dan menurut dokter ia memiliki masalah dengan hatinya, namun ia percaya bahwa hatinya masih baik-baik saja. Tetapi hatinya juga yang sudah merenggut hidupnya.
Ilustrasi 8th Avenue (hal. 308) |
Ada hal yang unik ternyata dalam buku ini, ada kabar dari web sastra-indonesia jika cerita buku ini lebih mengambarkan pribadi penulisnya sendiri (otobiografi), dengan sama-sama tinggal di Lampung semasa kecil, menghasilkan lima novel sebelum buku ini, juga pernah bekerja sebagai wartawan, dan terlahir dari etnis Tionghoa yang berkekurangan, sama seperti halnya Langit Merah. Adapun saya menemukan satu kasus, dan tanpa sadar bisa dikaitkan dengan beberapa potongan cerita dalam buku ini. Namun, sejauh itu saya tidak tau benar atau tidak, karena belum benar-benar mengenal beliau dan tidak ada cukup bukti. Terlepas dari itu, mari kita ambil nilai baik-baiknya dalam buku ini :)
"...Petualangan adalah pergi tanpa titik tujuan, membiarkan dirimu tersesat, mencari, dan memilih; dan kamu tak tau kapan harus pulang." (hal. 40)
*
Hay kembaran namaaaa ❤ selalu suka sama apa yg di tulis dirimu mbak... Apa lagi bagian
BalasHapusHalo juga!
HapusTerima kasih loh, dan sudah berkunjung. Saya masih harus belajar kok hehe.
Apalagi bagian apa nih? Jangan gantung dong~
wah kutipannya epilognya keren banget itu, btw denger kalimat 'langit merah' bikin senyum2 sendiri.. dududu
BalasHapusYoi!
HapusCie kebawa baper cie 😁
Kok bukunya bagus yah. Cari ah...
BalasHapusLumayan.
HapusSemoga dapet ya bukunya, entah dalam bentuk fisik ataupun digital. Nanti share juga ya gimana pendapatnya.
hannnaaaaa apakabar bebbbbb
BalasHapusKabarku 50/50 hehe
HapusDikira kamu siapa loh..
Bagus nama-nama tokohnya. Langit Merah, Trang Matahari, Gerhana Bulan.
BalasHapusKisahnya juga keren. Karakter idealis memang seringnya bisa dijadiin teladan buat kita. Cuma endingnya agak "endless love" ya. Hehehe.
Bagus review bukunya Hanna. Aku jadi pengin ngereviw buku juga di blogku, setelah baca postingan kamu ini.
Tetap semangat ngeblog ya. Bye.
Iya bagus. Bisa dijadiin rekomendasi buat nama anak ya? *eh
HapusTapi karakter idealis cukup sulit direalisasikan di kehidupan nyata. Pasti aja ada rintangannya.
Btw, terima kasih ya. Semoga saya masih bisa terus berbagi tulisan kepada para pembaca :)
Belum pernah baca buku ini sih. Mungkin bisa di masukkan ke list buat jadi bahan bacaan selanjutnya :))
BalasHapusBoleh boleh :)
HapusCari bukunya dmn ya
BalasHapusSaya kira di pembelian secara online (e-commerce) masih tersedia, dicoba saja.
Hapus