Izinkan Aku Beristirahat

Aku ingin menulis apa adanya

Mewakili yang tak bisa diutarakan dalam realitas

Rasa sakit, cemas atau bahagia

Campur aduk dalam tahanan


Mereka kian membubungkan perasaan

Membuat ambisi kian merebak

Lalu jatuh satu jentikan


Tolong ini, tolong itu,

Tapi sayang, tak bisa menolong diri sendiri

Dengan wajah manis dan tumpuan

Ia tersenyum menerima segalanya


Merah jadi teman

Hitam jadi rumah

Tetaplah tersenyum sayang

Aku harap kamu bahagia

Selamanya...


Itu adalah sebuah puisi yang ditulis saat diri dalam keadaan sedang tidak baik-baik saja, atau apapun itu namanya. Mungkin juga pengaruh psikosomatis. Beberapa hari ini pun demikian, entah memang karena aku memandangnya terlalu berlebihan atau bagaimana. Aku juga tidak tau harus bahas darimana dan bagaimana, ditambah aku baru menulis kembali di sini, seakan ini adalah sebuah pelarian, tapi itu memang benar.

Keinginan bercerita dan menulis pun dipengaruhi dari mimpi semalam yang menyeramkan. Tak hanya itu, seringkali aku memimpikan orang-orang yang sering meminta kepadaku, juga tak jarang aku temui di kehidupan sehari-hari. Mungkin juga beberapa waktu terakhir aku terlalu banyak menonton video horror. Dengan demikian, aku memutuskan ini sudah tidak benar dan aku memang harus istirahat secara jasmani maupun rohani.

Perempuan Kelelahan Belajar - Izinkan Aku Beristirahat

Jika melihat ke belakang, memang aku banyak menerima tuntutan yang jarang sekali bisa dipenuhi secara sempurna, karena keadaannya sangat cepat dan tidak disadari sudah di penghujung minggu saja. Bahkan sejak pandemi, rasanya aku belum merasa benar-benar istirahat. Akan tetapi, ya kan namanya juga hidup, banyak cobaan dan tekanannya.

Di sisi lain, mungkin juga karena pribadi dan mereka di lingkunganku lebih sering terpaku akan hasil akhir, dan terus meminta jika tidak sesuai ekspektasi. Tak jarang, aku sering sekali menanamkan pemikiran untuk tidak selalu berekspektasi lebih akan segala hal. Di samping banyak juga mereka yang mungkin secara tidak sadar memengaruhiku akan keluhannya masing-masing hingga membuat aku emosional dan memendamnya sendiri yang membuat diri ini tidak sehat sama sekali. Sikap bodo amat yang sudah aku bangun dengan susah payah pun runtuh begitu saja.

Sebenarnya kunci dari penyelesaiannya adalah dengan cukup menikmati prosesnya. Cuma ya seringkali banyak orang yang sudah diberi hati masih meminta jantung. Yaah, mengeluh lagi. Maaf.

Buruknya aku, seringkali  menginginkan sesuatu yang dapat terselesaikan dengan cepat. Jika melihat pekerjaan orang lain yang belum diselesaikan, tapi sudah sering diingatkan dan ia tidak berubah, rasanya jengkel juga ingin aku selesaikan saja. Itulah, bapak ibu pentingnya berada di lingkungan tepat itu seperti itu. Belum lagi diri ini orangnya pemikir sekali 😅

Seorang Perempuan Merenung Over Thinking di Depan Jendela

Beberapa waktu lalu aku tertarik menjadi seorang essentialist, setelah mendengar podcast dan membaca tulisan beberapa orang, melihat kondisiku akhir-akhir ini. Karena kenyataannya, aku sudah sejak lama menjadi seorang non-essentialist atau melakukan apa yang diinginkan semua orang, sedangkan menjadi seorang essentialist adalah fokus melakukan apa yang seharusnya dilakukan dengan mengurangi dan mengorbankan hal lain.

Namun, sejauh itu aku belum begitu paham, tapi tetap aku ingin sekali mencobanya. Hal ini bisa sangat membantuku menjadi lebih baik bahkan mungkin produktif, karena aku akui beberapa waktu ke belakang diri ini lebih terlihat sibuk di satu tempat. Melakukan hobi saja tidak pernah. Terbukti, sekarang aku baru menyempatkan menulis lagi di sini, karena alasan pelarian saja. Sedih.

Sejauh ini waktu istirahat hanya aku gunakan untuk merebahkan tubuh dan menyelam ke dunia maya atau sekadar membersihkan kamar. Mengingat sedang pandemi juga. Aku bahkan belum sama sekali pergi ke tempat jauh hanya untuk menyegarkan pikiran. Kebanyakan waktu istirahat dihabiskan di rumah saja.

Beberapa kali memang ada ajakan, cuma beberapa kali juga aku tolak. Entah karena waktunya mendadak, berpikir dua kali karena pandemi, diri yang merasa hanya butuh rehat, atau mungkin karena beda selera saja. Sayangnya aku tidak terlalu pintar menjaga hubungan sosial dan seringkali terkesan cuek, terkesan serba salah:(

Memang seperti ini ya proses menjadi dewasa?

Belum lagi tahun 2020 tidak terlalu baik bagi semua orang di dunia ini. Kebetulan hari ini, di tanggal cantik 10.10.2020 merupakan peringatan Hari Kesehatan Mental Sedunia (World Health Day) dengan mengangkat tema "Increased Investment in Mental Health" atau "Peningkatan Investasi dalam Kesehatan Mental", mengingat dunia sedang dihadapkan dengan pandemi COVID-19 yang dapat sangat memengaruhi kesehatan mental semua orang.

Banyak pihak yang rentan terganggu kesehatan mentalnya, yaitu mereka yang terinfeksi, tenaga kesehatan, lansia, bahkan remaja dan anak-anak yang terdampak karena penutupan sekolah, juga para pekerja atau pengangguran yang mengalami kesulitan mencari pekerjaan atau penghasilan. Belum lagi di Indonesia saat ini sedang ramai demo terkait pengesahan tiba-tiba RUU Cipta Kerja atau dikenal juga Omnibus Law. Aku tidak akan membahas ketertarikanku tentang itu di sini, karena bukan ranahku.

Kondisi Jalan saat Demonstrasi di Jakarta, Indonesia

Haduh, pembahasannya jadi melenceng, aku kembalikan dengan pembahasan topik istirahat tadi.

Layaknya perjalanan, dalam menjalani kehidupan juga butuh istirahat. Setiap dari kita memang ingin mencapai tujuan dengan cepat tanpa halangan. Namun, seringnya banyak di antara kita termasuk aku lupa untuk beristirahat sejenak, karena memandang itu adalah suatu hambatan yang bisa menganggu perjalanan kita sampai tujuan. Seringkali juga setiap kegiatan yang dilakukan secara tergesa-gesa jarang menghasilkan sesuatu yang maksimal dan dipasrahkan apa adanya.

Jalan Raya (Perjalanan)

Jadi, sejatinya beristirahat itu tidak ada salahnya untuk membangun kembali semangat kita yang memudar, dan sempatkan apresiasi diri atas apa yang telah dilakukan untuk dirimu sejauh ini.

Biarkan teman-teman kita beristirahat, jangan paksakan keinginan kita kepadanya. Mereka juga pantas mendapatkannya. Kemudian, mari lanjutkan kembali langkah kita menuju tujuan akhir bersama.

Semoga teman-teman semua dalam keadaan baik-baik saja. Aku akan sangat berterima kasih jika teman-teman berbagi kisahnya, terutama hal apa yang sering dilakukan saat beristirahat. Mungkin saja dapat membantu mereka yang seringkali bingung untuk melakukan apa di waktu istirahatnya.

Terima kasih, tetap jaga kesehatan ya! :)

2 komentar:

  1. Mungkin istirahat yang kamu perlukan lebih kepada istirahat pikiran. Kamu butuh duduk tenang, menyeruput kopi atau teh sembari menikmati pemandangan seadanya. Dengan pikiran tenang, duduk dan diam. Karena kalau hanya sekedar menjalani hidup tetapi terasa tekanannya begitu berat kita pikul, sama dengan artinya belum cukup siap untuk menjalani seadanya. Perlu kuat mental dan kesiapan diri sendiri. Coba refleksikan apa yang tengah kamu alami akhir-akhir ini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih, mungkin ini adalah salah satu saran terbaik dari sekian saran yang ada. Terima kasih juga sudah berkunjung. Semoga kamu pun dalam keadaan sehat dan berbahagia selalu, aamiin.

      Terima kasih! :)

      Hapus

Diberdayakan oleh Blogger.