Tinnitus.

Televisi Akuarium

Musik seringkali menjadi bagian hidup yang tak bisa dilepaskan. Meskipun beberapa kali banyak hal yang membuat berpikir dua kali untuk menyukainya. Entah dari orang tua atau teori tak jelas di luar sana. Namun, karena dirinya sudah sangat senang dengan seni, jenis seni apapun akan kembali disukainya. 

Setelah ia beranjak dewasa, tak mengira sesuatu akan terjadi kepadanya. Telinganya mulai berdengung beberapa kali. Ia mengira hanya kebisingan sementara dari luar, tapi nyatanya bukan.

Suatu waktu saat ia bersantai di ruang keluarga, suara denging kencang yang lenting mengganggu waktu santainya saat asik membaca buku. Ia mencoba menutup telinganya bersamaan, membuka bagian kanan, tutup lagi, membuka bagian kiri, tutup lagi, kemudian dibukanya bersamaan. Namun, nyatanya usaha itu sia-sia. Suara denging masih ada, bahkan makin kencang. Ia pun beranjak mencari sumber suara.

Akhirnya, setelah cukup lama menahan rasa tak nyaman, ia menemukan sumbernya, televisi di kamar adiknya.

“Tolong matiin dulu TV-nya De…” nadanya sudah tak sabar.

Si adik asik menonton tanpa menghiraukan kakaknya.

“De, tolong matiin dulu TV-nya, please!” pinta kakaknya.

“Iya.. iya… kenapa sih Kak?” tanya adiknya.

“Suaranya kenceng banget, ga enak didengernya.”

“Yaelah, cuma acara musik doang kok.”

Si Kakak pergi ke tempat bersantainya semula, dan si adik mulai menyalakan televisinya kembali.

Ajaibnya, telinganya sudah tak mendengar suara denging yang sangat tak nyaman itu lagi.
___ 

Setelah selesai menonton film, biasanya Kaka langsung mengulasnya di salah satu aplikasi yang biasa digunakan para movie freak. Ia memberikan rating sesuai penilaiannya sendiri, dari mulai isi cerita, akting para tokoh, juga tak jarang mengenai pengambilan gambar. Berhubung akhir tahun, ia mulai melihat kembali sudah berapa banyak film yang ditontonnya, dan mengingat film mana yang sangat ia sukai. Belum sempat memilih, ia melihat salah satu judul film yang membuat mengingatnya akan sesuatu, “Baby Driver”.

“Wah film ini unik dan menarik banget, perampokan yang dikemas secara musikal. Backstory para tokoh pun dibuat misterius, terutama tokoh utamanya Baby”, ucapnya dalam hati, kemudian berhenti sejenak.

Ia ingat akan sesuatu. Ternyata Baby memiliki hal yang sama dengannya. Suara denging yang sering mengganggunya bukan cuma hal asing yang lewat untuk sementara. Ia pun memutuskan menontonnya kembali, berharap bisa mendapatkan jawaban.

Menit 21:39.

“Why’s he listening music overtime, Doc? He’s got mental problems?” tanya Eddie pada Doc.

“No, no, no, no. I’m the one who got mental problems in crew. Position taken,” ujar Bats.

“He’s got tinnitus,” jawab Doc.

“Tinna-what?” tanya JD.

“He had an accident, when he was a kid. He’s still got a hum in the drum. Plays music to drown it out,” jawab Doc lagi.

Bats yang daritadi penasaran sekaligus kesal pada Baby yang sangat dipercaya Doc menyentuh telinga Baby beberapa kali.

Tiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiit....

Hal itu membuat Baby mendengar dengan jelas suara denginganya lenting sekali.

“Suaranya persis banget kaya gini,” Kaka pun mulai menyadarinya. “Oh namanya tinnitus.”

Ia pun mulai browsing dan mempelajari mengenai tinnitus, juga hal-hal terkait lainnya.
___

Sejak peristiwa suara TV itu, Kaka terbiasa mengabaikan suara yang seringkali mengganggunya. Namun, saat ia diam, seringkali tinnitus mengalahkannya dan membuat kepalanya pusing tak terkendali. Ia juga menyadari, suara denging, deburan ombak atau layaknya suara sinyal dari barang elektronik bukan pertama kali ia terima. Semua ini ternyata berhubungan dengan fokusnya. Semakin ia fokus akan sesuatu, semakin baik, dan tinnitus bukan bagian darinya, untuk sesaat.

Jangan heran apabila seringkali Kaka terlihat selalu memakai earphones kemanapun ia pergi. Teman-temannya pun sudah terbiasa dan tak pernah merasa ada hal aneh dengannya. Yang paling jelas terlihat adalah ia selalu berusaha menyelesaikan pekerjaannya, disamping teman sebelahnya yang selalu mengajaknya berdiskusi akan segala hal. Tak jarang jika Kaka selalu mencoba mengabaikannya dengan memasang kedua earphones-nya dan bergumam mengikuti lirik lagu yang didengarnya.

Bekerja dengan Mendengarkan Musik

‘Cukup terpecah karena tinnitus, jangan ditambah lagi.’ Prinsipnya.

Pada akhirnya, musik akan selalu menjadi teman sejatinya. Bahkan mungkin penyelamat kewarasannya.
***

1 komentar:

  1. Mendadak terbayang beberapa adegan Baby Driver. Si Baby cuma dibayar segepok dari seluruh peramokan, terus ditabung di lantai tersembunyi buat keperluan si kakek. :')

    Saya enggak tahu tinnitus itu rasanya seperti apa sekalipun sudah tergambarkan jelas lewat film maupun penjelasan di tulisan ini. Saya pengin telinga ini normal-normal aja deh. Btw, saya sepakat dengan pernyataan tentang musiknya, yang bisa bikin diri saya lebih waras. Ehe.

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.