Cerita Pengalaman Menerima Vaksin COVID-19

Disclaimer/Peringatan:
Tulisan ini sepenuhnya berdasarkan opini pribadi sebagai orang awam, serta tidak bermaksud menyinggung siapapun. Mohon maaf jika ada hal-hal yang membuat teman-teman pembaca tidak nyaman. Saya harapkan teman-teman dapat bijak setelah membacanya, terima kasih.



Virus akan terus berkembang layaknya makhluk hidup, tapi sifatnya lebih banyak merugikan makhluk lain. Tidak seperti bakteri, ada jenis yang baik dan buruk. Sudah satu tahun lebih dunia diterpa oleh virus yang sampai saat ini masih belum ditemukan penangkalnya, Covid-19. Manusia paling banyak terkena pengaruhnya, dan lambat laun mereka terlihat lelah menghadapinya, tapi tidak pernah berhenti untuk mengatasinya. Sayangnya, masih saja ada yang mementingkan egonya sendiri tanpa mengikuti Protokol Kesehatan dengan berbagai alasan dan idealismenya masing-masing.

Saat ini, beberapa tenaga kesehatan di seluruh dunia sudah berhasil membuat vaksin untuk mencegah atau meminimalisir pengaruh infeksi virusnya. Vaksin sendiri berisi virus yang sudah dilemahkan dan berfungsi untuk membentuk antibodi atau kekebalan dalam tubuh manusia. Beragam vaksin sudah disebarkan, dari Sinovac, Pfizer, AstraZeneca, Johnson & Johnson, Sputnik, Moderna, dan masih ada beberapa vaksin yang masih dikembangkan dan diuji coba untuk kemudian diberikan kepada manusia agar aman.

Normalnya vaksin membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk bisa digunakan manusia. Dilansir dari The History of Vaccines, butuh waktu sekitar 10-15 tahun lamanya. Namun, berbeda dengan vaksin Covid-19, karena kondisinya sangat darurat. Sehingga untuk penggunaannya, khususnya di Indonesia harus sudah memiliki izin Penggunaan Darurat atau Emergency Use of  Authorization (EUA) dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM), serta sertifikat halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI).

Vaksinasi COVID-19

Saya sendiri sudah mendapatkan vaksin CoronaVac atau disebut juga Sinovac. Vaksin dari Negara China yang sudah disesuaikan dengan kondisi Indonesia oleh PT. Bio Farma. Jenis vaksin ini untuk setiap orang akan mendapatkan dua kali suntikan dengan jarak waktu minimal 30 hari. Kebetulan saya bekerja di bagian pelayanan publik, sehingga saya berkesempatan mendapatkan vaksin demi keamanan dan kenyamanan masyarakat serta membangun kepercayaannya. 

Masih banyak pro kontra dengan adanya vaksin Covid-19 ini, begitupun dengan beragam opini dan teorinya. Jujur saya sendiri awalnya sangat takut divaksin, tapi menurut saya rasa takut itu hal yang wajar. Lambat laun semakin mencari info dan berpikir kritis, saya ubah niatnya menjadi ibadah. Membantu melindungi orang yang benar-benar tidak bisa divaksin, dan tentunya bisa meminimalisir tingkat penularan.

Saya mendapatkan dosis pertama dan dosis kedua kebetulan di Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) dekat tempat kerja. Cukup membawa KTP dan Surat Tugas bersama rekan yang lain.

Awalnya kami dicek suhu, kemudian mengisi form identitas dan semacam kuesioner tentang kondisi badan masing-masing, kalau tidak salah dan tidak lupa untuk kondisi jangka waktu sekitar satu bulan terakhir. Namun, berdasarkan pengalaman pribadi, menurut saya proses screening yang berkaitan dengan form seakan hanya sebagai formalitas, karena tidak benar-benar dicek, hanya dialihkan satu sama lain dan melihat data identitas saja.

Setelah itu, diberikan nomor registrasi dan menunggu antrian. Pertama, sebelum divaksin dicek terlebih dahulu tekanan darah, kemudian ditanya mengenai riwayat penyakit, juga kondisi sedang hamil atau tidak. Apabila tekanan darah sedang tinggi, dipersilahkan untuk menunggu dan istirahat sejenak, jika masih tinggi vaksinasi ditunda terlebih dahulu dan datang lagi dilain hari. Bagi ibu hamil, untuk saat ini belum ada rekomendasi melakukan vaksin.

Lanjut ke tempat registrasi, kami membawa KTP untuk keperluan input data digital dan nomor telepon yang bisa dihubungi untuk pengiriman sertifikat. Setelah selesai, kami lanjut untuk berhadapan dengan dokter, untuk diverifikasi boleh divaksin apa tidak. 

Proses screening saat Vaksinasi

Saat itu, di posisi ini saya mengalami hal yang kurang nyaman. Kebetulan saat itu saya merasa badan kurang fit ditambah kondisinya agak pilek dan berdahak, tapi memang tidak begitu parah. Saya bertanya, untuk keamanan dan kenyamanan apakah saya boleh menerima vaksin saat itu juga. Namun, menurutnya saya berkata demikian karena takut dan mengamati mata seperti bukan orang yang sedang flu, maka saya kemudian diizinkan menerima vaksin. Kemudian disarankan minum vitamin C.

Saat itu mood saya sudah berkurang karena merasa kurang dipercaya. Memang saya takut, tapi bukan untuk menghindari vaksinasi, tapi hanya ingin memastikan apakah kondisi badan saya ini cukup sehat untuk membentuk antibodi pada saat itu. Namun, bersyukur saat itu saya baik-baik saja.

Setelah dari dokter, kami langsung mengantri untuk mendapatkan suntikan. Saya kembali bertanya apa tidak apa-apa kondisi badan seperti itu menerima vaksin. Petugas melihat form dari dokter, saya dinyatakan boleh divaksin, akhirnya suntikan pertama masuk badan saya. Tenangnya, petugas yang melakukan suntikan itu sangat ramah. Ngomong-ngomong saat itu saya mengeluarkan darah sedikit, karena memang kesalahan saya pundaknya tertekan pakaian sendiri 😅. Jadi, saran gunakan pakaian yang benar-benar longgar terutama di lengan ya, untuk menghindari hal yang saya alami.

Tahap terakhir kami diobservasi untuk melihat efek samping atau KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi) selama 30 menit, sekaligus mengisi dua form data digital tentang riwayat penyakit dalam. Setelah selesai, diberikan kartu vaksin dan diberitahu jadwal vaksin dosis dua, tertera juga nomor telepon yang bisa dihubungi jika mengalami efek samping berat. Selesai.

Lanjut cerita dosis kedua tidak begitu berbeda. Saat registrasi kami mengisi form kembali, dengan pertanyaan kondisi badan setelah menerima vaksin pertama. Setelah itu dicek suhu dan tekanan darah, konfirmasi data, berhadapan dengan dokter tentang kondisi badan setelah vaksin pertama, lanjut proses penyuntikan, observasi dan mendapatkan kartu vaksin kedua.

Bersyukur saya telah selesai divaksin, dan untuk saat ini kondisi badan saya baik-baik saja. Efek samping yang saya terima sendiri untuk dosis pertama merasa ngantuk saat sore hari (divaksin pagi). Besok harinya mengalami batuk, dan beberapa hari kemudian suara berubah menjadi serak.

Pada dosis kedua tidak begitu terlihat, tapi sempat batuk kembali. Keduanya juga tentu merasakan rasa pegal dan sakit di lengan kiri untuk beberapa hari. Untuk masalah batuk saya tidak begitu tau juga itu termasuk KIPI atau bukan. Namun, selain itu beberapa hari kemudian badan saya terlihat baik-baik saja.

Catatan penting, bagi teman-teman, Bapak/Ibu yang telah divaksin diharapkan terus lakukan Protokol Kesehatannya seperti biasa ya. Penerima vaksin di sini bukan benar-benar bisa terhindar dari virus Corona, dan peluang seseorang terinfeksi masih besar. Apalagi virus ini belum ada obatnya dan terus berkembang, jenisnya juga beragam.

Jadi, dimohon dengan sangat tetap lakukan 5M ya. Memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan, menghindadi kerumunan, dan mengurangi mobilitas atau interaksi.

Kembali saya ingatkan, cerita pengalaman ini murni dari diri sendiri ya, dan sifatnya subjektif karena pendapat personal. Saya sendiri tidak begitu paham sistemnya, bukan juga dari bidang medis, serta tidak begitu tau bagaimana pelayanan vaksin di tempat lain.

Hanya saja, saya hanya ingin memberi saran untuk lebih ditingkatkan lagi pelayanannya, bangun kepercayaan dengan masyarakat dan mencoba menjelaskan informasi dengan sabar, baik, juga ramah. Masih banyak masyarakat yang belum paham mengenai kondisi pandemi ini. Saat pelaksanaannya juga, di mana pun tempatnya harap terus mengingatkan masyarakat untuk tetap mengikuti protokol kesehatan, seperti menjaga jarak.

Tenaga Kesehatan perlu memberikan Sosialisasi yang Baik kepada Masyarakat

Beberapa waktu lalu, saya membaca ada berita kurang menyenangkan di situasi seperti ini.  Tentang beberapa pihak atau tenaga kesehatan yang memanfaatkan kondisi pandemi, dari penggunaan alat tes habis pakai, penggelapan, dan sebagainya. Sedih mendengarnya, karena saya tau pandemi ini membuat hampir semua orang kesusahan. Nyatanya, orang baik bisa saja melakukan kejahatan jika ada kesempatan.

Di samping itu semua, saya juga ingin berterima kasih kepada Garda Terdepan yang telah berjuang satu tahun lebih ini untuk menghadapi pandemi dan membantu masyarakat sedemikian rupa. Semoga Tuhan membalas Bapak/Ibu dan teman-teman semua. Aamiin.

Sekali lagi, semua tulisan yang saya sampaikan sebelumnya murni opini dan pengalaman pribadi. Bukan juga bermaksud untuk menakuti atau mengajak yang tidak-tidak, tapi mungkin semoga bisa membantu teman-teman lebih tenang untuk melakukan vaksinasi. Terima kasih juga sudah menyempatkan waktunya untuk membaca tulisan ini. Semoga teman-teman dan keluarga sehat selalu 😊.

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.