Menolak 'Tuk Menua


Tumbuh besar selalu menjadi dilema bagi setiap manusia. Saat kecil, seseorang berharap ingin cepat dewasa untuk bisa melakukan apapun sebebas yang ia inginkan tanpa ada batasan, terutama dari orangtuanya. Namun, menjelang tumbuh dewasa, nyalinya menjadi ciut dan takut akan kehidupan masa depan yang akan ia jalani dan berharap menjadi anak kecil kembali.

Benar benar ya, manusia tidak akan pernah puas. Dikasih keajaiban hidup, masih ingin cepat besar. Dikasih keajaiban tumbuh besar, ingin kembali lagi menjadi kecil. Dasar manusia.

Hakikatnya, tumbuh besar adalah suatu keharusan dan kewajaran kita sebagai makhluk hidup. Kita tidak bisa selamanya menjadi kecil, begitupun sebaliknya, kita tidak bisa selamanya menjadi besar. Namanya juga makhluk hidup, takdirnya akan terus hidup berkembang, berharap menjadi lebih besar, baik, dan kuat. Hingga akhirnya semua itu akan ia tinggalkan dan menjadi makhluk yang sudah tidak hidup lagi.

Kata orang bijak, diri yang menolak tua karena kebimbangan akan masa depan itu tidak masalah. Karena memang begitulah sewajarnya manusia sewaktu masih muda.

Sedangkan menurut ahli kesehatan, mereka menilai dari psikologis seseorang yang menjadikannya sugesti dan kemudian alam semesta ikut mendukung ucapannya itu. Misalnya, seorang A secara tidak langsung menolak menjadi tua karena perubahan fisiknya. Sedangkan B ia secara tidak langsung beranggapan jika dirinya masih pantas terlihat muda meski di usianya sekarang. Pada akhirnya, ternyata B memiliki umur yang lebih panjang dibandingkan A. Anggapan manusia kepada dirinya sendiri ternyata sangat besar pengaruhnya.

Apa yang membuatnya berat dalam menghadapi usia tua adalah ketidakpastian, kebimbangan, ketidakjelasan akan apa jadinya kita nanti di masa depan. Ada baiknya kita memang memikirkan hal ini. Artinya kita masih peduli dengan kehidupan sendiri. Tidak hanya sekadar menjalani hidup yang mengalir dan menerima apa adanya.

Hal lain yang berhubungan dengan itu, seringkali harapan dan kenyataan tidak berjalan sesuai rencana. Bahkan adanya perbedaan besar. Namun, ada baiknya kebimbangan itu tidak semuanya kita pedulikan. Ada kalanya sebagian rasa bimbang pantas diabaikan. Seperti halnya pandangan orang lain terhadap kita, bahkan mungkin pandangan dari keluarga kita sendiri. Jika itu buruk, lebih baik abaikan.

Kita yang lebih tau bagaimana keadaan sendiri bukan?
Aku jadi ingat bukunya Mark Manson mengenai sikap bodo amat itu. Ternyata sikap bodo amat memang diperlukan sih.

Lagipula, sudah saatnya kita yang bergantian untuk bertanggung jawab akan kehidupan orangtua sendiri. Minta atau tidak, begitulah seharusnya.

Selain itu, sepatutnya kita bersyukur karena beranjak dewasa. Tak usahlah bimbang dan menolak menjadi tua. Bersyukurlah karena dirimu masih diberi kesempatan Tuhan untuk hidup dan terus berusaha memperbaiki diri menjadi lebih baik. Tanpa disadari, banyak juga yang tidak memiliki kesempatan itu. Rasa syukur selalu menjadi hal kecil yang sangat sulit dilakukan.

Tumbuh besar dan menjadi pribadi yang dewasa memang terlihat berat. Tapi jika dinikmati dan dijalankan dengan benar, mungkin hasilnya pun tidak akan mengecewakan. Hingga tanpa disadari, kita sedang duduk santai bersama kekasih, menyaksikan anak cucu yang asyik bermain dan tersenyum kepada kita.

Hidup memang tidak mudah bagi siapapun dan harus terus diperjuangkan. Karena perjuangan itu juga yang mungkin akan membuat kita banyak belajar hingga menjadi manusia dewasa bukan?

Sebuah tulisan yang bukan semata-mata ditujukan tuk menggurui. Namun, untuk pengingat diri sendiri juga teman-teman yang pernah memikirkan hal ini, karena cukup takut menghadapi masa depan seiring bertambahnya usia.

6 komentar:

  1. Wah, abis ngapain nih hanna. Jadi dalem banget gini tulisannya. Hmmmm.

    BalasHapus
  2. Menua itu pasti, dewasa itu pilihan.
    Saat ini aku udah masuk usia seperempat abad.
    Banyak hal yang bergejolak, kebimbangan, keresahan, kedepanya mau ngapain dll.
    Well, aku mau balik jadi anak kecil lagi ah enak kerjanya main petak umpet aja wkwk

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tuh kan!
      Enaknya, anak kecil pikirannya cuma buat main aja sih hehe.

      Hapus
  3. Respon pertama saat baca judul: SAMAK AKU JUGA GAK MAU TUA KERIPUT.

    Hehe...

    Kadang nih kalo dipikir-pikir, menjadi tua itu agak mengerikan. Kamu harus berani bertanggung jawab dengan semua yang kamu ucap dan lakukan. Belum lagi ditambah tanggung jawab lainnya. Yang biasanya dilayani orang tua, ya aku harus bisa sendiri. Dan gantian melayani orang tua.
    Semua yg kamu katakan di sini bener banget. Harapanku semasa kecil jauh berbeda dengan apa yang terjadi sekarang. Semua terasa begitu sulit. Tapi yah, gak ada jalan lain toh? Suka gak suka, siap ga siap ya harus dihadapi juga :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Paling susah sepertinya memang bertanggung jawab~
      Yap, tidak ada jalan lain. Semuanya harus dijalani bagaimanapun sulitnya.
      Istirahat boleh tapi jangan berhenti berjuang. Hm jadi bijak dulu nih.

      Hapus

Diberdayakan oleh Blogger.